Jogja
Jumat, 23 Agustus 2013 - 11:09 WIB

MUSIM KEMARAU : 6.000 KK di Dlingo dan Piyungan Kesulitan Air Bersih

Redaksi Solopos.com  /  Yudi Kusdiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bak penampungan air hujan (PAH). (JIBI/Dok)

Warga mengambil air dari bak penampungan, beberapa waktu lalu.

Harian Jogja.com, BANTUL–Kekeringan yang mulai melanda wilayah pinggiran  Kabupaten Bantul sejak dua pekan terakhir, mulai menyulitkan warga masyarakat. Ribuan warga saat ini mulai kekurangan air bersih.

Advertisement

Di Kecamatan Dlingo dan Piyungan yang selama ini menjadi daerah langganan kekeringan, sekitar 6.000 kepala keluarga (KK) mulai membeli air bersih dari pedagang swasta.

Kepala Urusan Pemerintahan Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Widodo, mengatakan musim kemarau yang sudah berjalan lebih dari sebulan telah membuat sejumlah sumber air kering. Dampaknya, warga terpaksa membeli air dari pedagang swasta.

“Sebagian besar warga mulai membeli air untuk mencukupi kebutuhan mereka,” kata Widodo kepada Harian Jogja.com, Kamis (22/8/2013).

Advertisement

Menurut Widodo, warga di desanya yang mulai membeli air berada di Dusun Cempluk tepatnya di RT03 dan RT04. Kelompok warga membeli dengan harga Rp100.000 untuk satu tangki berkapasitas 5.000 liter.

Ditemui terpisah, Kepala Seksi Trantib Kecamatan Dlingo, Margono, menyatakan pihaknya mulai memantau wilayah yang dilanda kekeringan. Saat warga mulai kesulitan, pihaknya langsung mengajukan permintaan dropping air bersih ke Pemkab Bantul.

Menurut Margono, berdasar pemetaan, untuk musim kemarau 2013 kali ini, ada sekitar 2.535 kepala keluarga di wilayahnya yang bakal merasakan dampak langsung kekeringan akibat kemarau. Jumlah itu tersebar di 30 dusun di enam desa di Kecamatan Dlingo, seperti Desa Terong, Muntuk, Mangunan, Temuwuh, Dlingo dan Desa Jatimulyo.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif