SOLOPOS.COM - Ilustrasi warga membeli air bersih. (Dok. Harianjogja.com)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Sejumlah wilayah di Gunungkidul, Yogyakarta, mengalami krisis air bersih pada musim kemarau seperti saat ini. Salah satu wilayah yang mengalami krisis air bersih adalah Kalurahan Sidoharjo, Kapanewon Tepus, Gunungkidul. Bahkan, warga Tepus, Gunungkidul, harus merogoh uang Rp100.000 hingga Rp120.000 untuk membeli air bersih per tangki.

Carik Sidoharjo, Heru Eko Susilo, mengatakan wilayahnya menjadi langganan krisis air pada saat kemarau. Kondisi ini tak lepas dari letak geografis sehingga sumber air sulit ditemukan.

Promosi 204,8 Juta Suara Diperebutkan, Jawa adalah Kunci

Keberadaan sumber aor hanya ada di wilayah yang dekat pantai. Sedangkan wilayah yang jauh praktis tidak ada sumber. “Total ada 11 dusun dan semuanya kesulitan air bersih saat kemarau,” kata Heru, Senin (26/6/2023).

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, ia mengakui saat musim hujan tidak ada masalah karena mendapatkan pasokan dari hujan. Sedangkan, kemarau warga terpaksa membeli dari truk tangki air.

“Harganya bervariasi dan tergantung dengan jarak dan medan. Kalau dekat, maka harga di kisaran Rp100.000 per tangki. Tapi, kalau medannya sulit atau jauh maka dipatok Rp120.000 per tangki,” katanya.

Menurut dia, warga yang membeli air bersih saat kemarau sudah hal biasa. Heru tidak menampik instalasi PDAM sudah masuk ke Sidoharjo, tapi belum menyasar ke semua wilayah.

Di sisi lain, aliran PDAM juga belum lancar karena layanan harus bergantian dengan pelanggan dari daerah lain. “Tidak tentu. Kadang sepekan hanya hidup sehari semalam. Kalau nyala, maka langsung dialirkan ke bak penampungan yang dimiliki,” katanya.

Disinggung mengenai bantuan air bersih, Heru mengakui sudah ada bantuan dari Kapanewon Tepus. “Sudah ada yang masuk ke Sidoharjo dan jumlahnya akan terus bertambah saat memasuki puncak musim kemarau,” katanya.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Gunungkidul, Sumadi mengatakan, hingga sekarang baru Kapanewon Saptosari dan Purwosari yang menyerahkan data potensi terdampak kekeringan. Ia berharap seluruh kapanewon sudah mengumpulkan di akhir bulan ini.

“Data ini sangat penting karena bagian untuk menentukan kebijakan dalam pelaksanaan penyaluran agar dapat tepat sasaran,” katanya.

Sumadi mengakui hingga sekarang baru Kalurahan Planjan dan Jetis di Kapanewon Saptosari yang meminta bantuan air bersih. Diprediksi jumlah permintaan akan bertambah pada saat memasuki puncak musim kemarau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya