SOLOPOS.COM - Sampah daun di Sleman. (Harian Jogja/Rima Sekarani)

Musim kemarau membuat sampah daun di Sleman meningkat

Harianjogja.com, SLEMAN-Selama musim kemarau, volume sampah organik khususnya daun, meningkat dari 25% sampai 50%. Peningkatan paling dirasakan di Kecamatan Sleman, tepatnya di sekitar komplek perkantoran bupati. Di daerah ini banyak pohon rindang yang tumbuh.

Promosi 204,8 Juta Suara Diperebutkan, Jawa adalah Kunci

Salah satu petugas penyapuan, Warjiyem, 54, setiap hari mengumpulkan empat ember sampah. Namun pada musim kemarau ini, sampah daun yang ia sapu bisa lebih banyak volumenya.

“Musim hujan pun tetap empat ember. Bedanya kalau hujan daunnya berat karena terkena air. Tapi kalau kemarau, beratnya tetap tapi sampahnya bertambah,” kata warga asal Dusun Pokoh, Desa Banyurejo, Kecamatan Tempel, Selasa (6/10/2015).

Ia bahkan sampai harus memadatkan daun yang sudah ada di dalam ember agar tetap muat banyak. Salah satu keluhan setiap musim kemarau adalah debu yang bertebaran. Meski pihak UPT Persampahan telah memberikan masker dan perlengkapan lainnya seperti sarung tangan dan topi, namun masih belum dapat menghalau debu yang terhirup.

“Jadi batuk-batuk seperti ini,” kata Warjiyem sembari terus berdehem.

Ia bersama beberapa rekannya selalu mendapat jatah menyapu di sepanjang Jl. Pringgodiningrat. Di area itu, pohon-pohon besar dan rindang tumbuh di sepanjang jalan. Akibatnya, guguran daun pun tak dapat terhindarkan.

Kepala UPT Pelayanan Persampahan dan Air Limbah Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sleman, Restuti, menuturkan sampah organik yang ditangani UPT selama musim kemarau ini memang ada peningkatan volume sampah. Pohon-pohon meranggas sehingga daunnya banyak yang gugur. Peningkatan terjadi sekitar 25-50%. Rata-rata per hari 6.104 meter kubik.

Meski demikian peningkatan sampah daun tidak signifikan karena volume sampah pada musim kemarau dan hujan hampir sama. “Kalau kemarau masa daunnya ringan. Musim hujan, daunnya sedikit tapi berat karena kena hujan,” ungkapnya.

Sampah daun yang terkumpul kemudian diangkut menggunkan dump truck. Sampah tersebut masuk ke depo sampah dan ada depo yang sudah mengolahnya menjadi pupuk kompos.

Satu-satunya depo pengelola pupuk kompos terdapat di Transfer Depo Sampah Tridadi. Dari 13 depo yang ada baru satu depo tersebut yang sudah dilengkapi dengan teknologi pengolahan sampah organik menjadi pupuk. Depo lainnya juga masih perlu didukung dengan sarana prasarana listrik dan sumur.

Pengelolaan sampah selama ini dibantu oleh Pengelolaan Sampah Mandiri (PSM). Ada ratusan PSM yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Sleman. Sayangnya tahun ini mereka tidak lagi menerima hibah berupa gerobak sampak, tong sampah maupun peralatan kebersihan lainnya. Hal ini disebabkan Peraturan Dalam Negeri (Permendagri) yang mengatur bahwa penerima bantuan hibah harus berbadan hukum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya