SOLOPOS.COM - Titiek Soeharto saat berdiskusi dan memberikan materi sosialisasi empat pilar di Pondok Pesantren Qashrul Arifin, ploso kuning, Minomartani, Ngaglik, Sleman, sabtu (18/2). (Harian Jogja/ Yudho Priambodo)

Ulama perlu hadir untuk mengingatkan pada semua pihak agar tidak mudah tersinggung dan terpancing.

Harianjogja.com, SLEMAN– Menanggapi isu berkaitan dengan suku ras dan agama (sara) yang seringkali muncul akhir-akhir ini dibutuhkan peran serta dari para ulama. Ulama perlu hadir untuk mengingatkan pada semua pihak agar tidak mudah tersinggung dan terpancing sehingga semakin memperburuk keadaan.

Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia

Anggota Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto saat rapat dengar pendapat masyarakat di Pondok Pesantren Qashrul Arifin mengatakan di Indonesia banyak terjadi perselisihan dan perpecahan dikarenakan lunturnya sikap kebhinekaan yang menghargai keberagaman, memudarnya nilai-nilai pancasila dalam kehidupan, serta masyarakat yang sangat mudah percaya dengan upaya suatu gerakan yang membenturkan agama dengan kebhinekaan.

“Agama Islam contohnya. Islam sebenarnya sangat menghormati kebhinekaan dan keberagaman. Bahkan kebhinekaan juga diajarkan dalam Islam,” ujarnya, Sabtu (18/2/2017).

Dikatakannya, Titik juga menjelaskan bahwa ulama dan santri tidak kalah memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Ulama dan santri bahkan memiliki peran untuk menyatukan elemen-elemen bangsa melalui pendidikan dan ilmu saat berada di Pondok Pesantren.

“Ulama dan santri juga sangat memiliki peran penting untuk itu. Kualitas pendidikan yang ditempuh di ponpes tentu akan membuat semakin baik dari orang lain. Dengan itu saya juga tidak pernah bosan untuk mengajak masyarakat tetap menerapkan nilai-nilai pancasila supaya dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari,” tegasnya.

Mewakili Pondok Pesantren Qashrul Arifin, Furaidi Hasan mengatakan, Islam dan nasionalisme adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Dalam ajaran Islam juga diajarkan bahwa umat harus memiliki rasa nasionalisme kebangsaan kepada negaranya.

“Islam dan rasa nasionalisme itu satu kesatuan. Rasul mengajarkan pada umatnya untuk selalu cinta negaranya, sehingga rasa cinta pada bangsa dan negara memang menjadi satu bagian dari keimanan,” katanya.

Ia juga menegaskan dalam sosialisasi empat pilar sangatlah penting untuk dilakukan. Terlebih dengan melihat situasi dan kondisi bangsa yang akhir-akhir ini sering bergejolak. “Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka tunggal Ika harus selalu ditanamkan. Menjadi peneguh disaat kondisi sedang gawat ditengah-tengan adanya upaya untuk memecah belah NKRI demi kepentingan pribadi,” katanya.
Harian Jogja/ Yudho Priambodo
Titiek Soeharto saat berdiskusi dan memberikan materi sosialisasi empat pilar di Pondok Pesantren Qashrul Arifin, ploso kuning, Minomartani, Ngaglik, Sleman, sabtu (18/2).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya