SOLOPOS.COM - Nelayan pantai selatan Bantul (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Nelayan Gunungkidul menjadi ragu melaut usai kasus illegal fishing

Harianjogja.com, JOGJA-Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta berharap Kepolisian Air Polda DIY mengintensifkan komunikasi dengan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia setempat.

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

“Antara Polair dan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia [HNSI] DIY sebaiknya ada pendekatan dan komunikasi agar nelayan tidak takut melaut,” kata Kepala Bidang Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Suwarman Partosuwiryo, Sabtu (3/10/2015).

Menurut Suwarman, pascapenangkapan dua nelayan, Sugiantoro dan Hernosaranto, oleh Polair Polda DIY di Pelabuhan Sadeng, Gunungkidul, Juli 2015, relatif banyak nelayan setempat yang ragu melaut karena takut terjadi lagi penangkapan.

Sebelumnya, kedua nelayan itu diduga melakukan penangkapan ikan secara ilegal karena dianggap tidak memiliki dokumen yang sah untuk melakukan penangkapan ikan di perairan DIY.

“Sampai sekarang, banyak nelayan yang mogok dan meminta kami memberi jaminan tidak ditangkap lagi saat melaut,” kata dia.

Menurut Suwarman, persoalan penangkapan nelayan pada bulan Juli lalu pada dasarnya berkaitan dengan pengurusan dokumen kelengkapan kapal yang harus diurus di tingkat daerah dan pusat.

Sementara itu, menurut dia, untuk dokumen yang harus diurus di pusat, para nelayan harus menunggu dalam rentang waktu yang lebih lama mencapai 5 hingga 6 bulan.

“Dalam masa menunggu pengurusan itu, tentu nelayan tidak membawa dokumen, kecuali surat keterangan pengurusan. Akan tetapi, bukan berarti sama sekali tidak memiliki dokumen,” kata dia.

Dengan demikian, menurut dia, para petugas penegak hukum di laut sebaiknya mengutamakan komunikasi dengan para nelayan sebelum melakukan aksi penangkapan.

“Hal ini berkaitan dengan pencapaian program among tani dagang layar seperti yang dicanangkan Pak Gubernur,” kata dia.

Apalagi, menurut Suwarman, para nelayan di DIY masuk dalam katagori baru dibanding daerah lainnya sehingga masih membutuhkan bimbingan.

“Nenek moyang mereka [nelayan DIY] kan bukan pelaut, tetapi para petani dan seniman,” kata Suwarman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya