SOLOPOS.COM - Nelayan menimbangkan lobster hasil tangkapannya di TPI Pantai Baron. (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Memasuki musim hujan menjadi berkah bagi nelayan di Pantai Siung, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus. Nelayan panen lobster yang harga jualnya lebih tinggi dibanding ikan.

Nelayan di Tepus mengatakan aktivitas berburu ikan dihentikan sementara dan mereka lebih memilih menangkap lobster karena harga jualnya yang tinggi.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Salah seorang nelayan Pantai Siung, Miyarso mengatakan, panen lobster sudah berlangsung sejak dua pekan terakhir. Dalam sekali tangkapan, nelayan paling sedikit membawa pulang lobster seberat dua kilogram.

“Untuk sekali melaut kami bisa memeroleh empat sampai lima kilo, kalau lagi sepi minimal bawa pulang dua kilo. Malahan, kalau lebih keras lagi bisa menangkap tujuh kilo lobster,” aku Miyarso kepada Harian Jogja, Sabtu (29/11/2014).

Dia menjelaskan, meski hasil tangkapan tak sebanyak saat menangkap ikan. Namun, dari sisi pendapatan lebih menguntungkan. Satu kilogram lobster bisa dihargai Rp250.000 hingga Rp350.000, semua tergantung jenis lobster yang ditangkap para nelayan.

“Jenis lobster itu ada dua, yakni batu dan hijau. Sedangkan kalau dilihat dari harganya, lobster hijau lebih mahal, karena dijual Rp350.000 per kilogram,” ungkap dia.

Pagimanto, nelayan Pantai Siung lainnya menambahkan, selain nilai ekonomi lebih tinggi, jarak dan waktu tangkapan lebih pendek. Hal tersebut berdampak terhadap biaya yang dikeluarkan untuk melaut bisa lebih ditekan lagi.

“Lobster kan banyak tinggal di karang-karang, sehingga fokus pencarian tidak jauh-jauh dari bibir pantai. Otomatis itu bisa menekan biaya beroperasi, apalagi saat ini BBM harganya naik,” kata Pagimanto.

Keuntunggan lain mencari lobster, sambung dia, nelayan lebih banyak memiliki waktu senggang di siang hari. Sebab, mencari lobster berbeda dengan menangkap ikan. Untuk menangkap lobster, nelayan tidak harus berada di laut terus menerus.

Waktu penangkapan biasanya dimulai sore, mereka akan memasang jaring di sekitar karang sebagai perangkap yang dipasang semalam. Adapun keesokan harinya, nelayan akan mengambil perangkap-perangkap itu beserta hasil tangkapannya.

“Aktivitas kami banyak dilakukan di sore dan pagi hari. Jadi, untuk siang harinya bisa diisi dengan kegiatan yang lain. Umumnya waktu senggang itu digunakan nelayan untuk beraktivitas di ladang,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya