Jogja
Selasa, 18 November 2014 - 20:20 WIB

NGAYOGJAZZ 2014 : Gratis Tetapi Berkelas, Ini Rahasianya

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Board of Creative Ngayogjazz, Novindra Diratama (kiri) bersama Pimred Harian Jogja Aditya Noviardi (kanan) dalam talk show The Captain di studio Star Jogja FM, Senin (17/11/2014) malam. (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Harianjogja.com, JOGJA – Ngajogjazz merupakan gelaran musik jazz yang sarat dengan nuansa pedesaan. Tahun 2014 adalah kegiatan ketujuh dan bakal dihelat di Desa Wisata Brayut, Pandowoharjo, Sleman pada 22 November mendatang.

Event ini tidak lepas dari seorang Board of Creative Ngayogjazz yakni Novindra Diratama. Saat berbincang-bincang dalam acara The Captain di Star Jogja FM, Senin (17/11/2014) malam, Novindra membuka kiat dalam menyelenggarakan event musik berkelas, bisa dinikmati masyarakat secara cuma-cuma. Event yang kini dikenal bukan sepenuhnya mencari keuntungan, tapi lebih mengedepankan nilai sosial. Bahkan dalam talk show itu terseloroh sebuah terma Seniman Social Responsibility (SSR).

Advertisement

Mengemas acara agar bisa berjalan, dapat dinikmati masyarakat dengan kualitas terbaik. Bagi Novindra, melaksanakan dengan bersenang-senang adalah kuncinya. Karena dengan itu seluruh aktivitas dapat dilakukan dengan hati dan berjalan untuk menghasilkan acara terbaik meski tak berbayar.

“Dari dulu menjadi motivasi saya adalah bagaimana cara supaya membuat orang lain bahagia. Karena sukses adalah ketika anda membuat orang lain bahagia,” ujar Novindra saat menjawab pertanyaan Pimred Harian Jogja, Aditya Noviardi dalam live The Captain di studio Star Jogja FM Senin (17/11/2014).

Karena niat membahagiakan orang lain itulah, tak jarang sebagai Board Creative kadang ia tombok dengan uang pribadi. Bagi dia itu
tidak masalah asal acara yang digagas melalui perbincangan di sebuah angkringan pada 2005 itu bisa terus berjalan setiap tahun.

Advertisement

“Soal mood event, memang kuncinya harus senang. Harus dikerjakan dengan senang, rapat senang tidak ada ketegangan. Kalau
capek pasti capek karena persiapan tiga bulan,” kata pria kelahiran 1 Nopember 1980 ini.

Acaranya gratisan, bagaimana bisa menghadirkan musisi yang berkelas? Di sanalah diplomasi warta jazz berjalan. Panitia akan menjelaskan secara gamblang kepada musisi sekelas Dewa Budjana yang direncanakan tampil dalam Ngayogjazz. Termasuk menjelaskan kepada musisi berkelas lainnya bahwa Ngayogjazz adalah event tidak berbayar. Tetapi panitia tetap menanggung seluruh akomodasi dengan memberikan nilai tukar meski tidak sesuai dengan rate-nya.

“Pokoknya ada subsidi silang, tidak memaksakan diri mengajak musisi dari luar yang sudah established,” ucapnya.

Advertisement

Tidak saja di Sleman, Kota Jogja dan Bantul tahun-tahun depan Ngayogjazz akan digelar di kabupaten lain di DIY seperti Kulonprogo dan Gunungkidul.

“Kami ingin memberdayakan lokal setempat. Parkir ada kesepakatan dengan warga, kami tidak ambil sepeserpun, tapi kami sampaikan jangan mahal. Parkir segini saja deh. Makanan juga harus tradisional, masyarakat menghadirkan makanan lokal.
Kalau misalnya ada jualan pizza, ya sori saja tidak kami perbolehkan,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif