SOLOPOS.COM - Nglarak Blarak, permainan yang disadur dari kebiasaan penderes nira di Kokap, Kulonprogo mulai diperkenalkan kepada masyarakat, Oktober 2016. (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Nglabrak menjadi permainan tradisional yang menang tingkat internasional

Harianjogja.com, KULONPROGO-Nglarak Blarak merupakan permainan tradisioanl kreasi yang terinspirasi dari aktivitas masyarakat penderes nira kelapa di Kokap, Kulonprogo. Permainan ini sarat dengan aspek kehidupan penderes ini sebagaimana penggunaan pelepah daun kelapa dan bumbung nira yang diperebutkan.

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

Nglarak Blarak atau biasa disingkat Nglabrak merupakan permainan 12 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 6 orang menarik dua blarak atau pelepah daun kelapa yang terangkai sebagai kuda dengan satu penunggang. Penunggang inilah yang bertugas merebut bumbung nira yang diletakkan di tengah lapangan.

Tak lupa, permainan ini juga diiringi musik tradisional berupa bonang, gong, gender, dan kendang untuk menambah meriah suasana. Ada sejumlah aturan yang harus dipatuhi dalam permainan yang dibagi menjadi 3 babak terpisah ini. Babak pertama, pemain diharuskan menggiring keranjang dengan membungkuk dan berjalan dengan menggunakan sabut kelapa.

Babak berikutnya, pemain diharuskan duduk di dalam keranjang dan menggiringnya di titik yang ditentukan. Babak terakhir yang menjadi momen paling seru, seorang pemain berdiri di atas blarak yang ditarik 3 pria dan beradu cepat bumbung nira.

Joko Mursito, kreator permainan ini mengatakan Nglarak Blarak merupakan olahraga bernuansa budaya dan bersifat tradisional. “Aspek perpaduan tradisinya memang kental sekali,” ujarnya pada awal Oktober lalu ketika ditemui di Banjarsari, Kalibawang.

Bersambung halaman 2

Dalam bahasa Jawa, nglarak bisa diartikan sebagai gerakan menyerang dengan tegas sedangkan blarak merupakan istilah bagi pelepah kepala. Dengan demikian, nama permainan ini bisa diartikan sebagai menyeret pelepah daun kelapa.

Olahraga ini merupakan kreasi kontemporer yang telah diciptakan beberapa tahun silam. Sejumlah pelaku seni dan budaya sudah diajak ikut terlibat dalam sosialisasi permainan ini di kalangan masyarakat Kulonprogo.

Bahkan, permaianan ini juga telah berhasil menjuarai The Association For International Sport for All (TAFISA) World Games 2016. Sebagai perwakilan Indonesia, permaianan ini berhasil menjadi penampil terbaik mengungguli 116 peserta dari negara lain.

Selain prestasi yang telah diraih, Joko berharap olahraga ini bisa dengan mudah dikenalkan kepada masyarakat. Pasalnya, sebagai daerah penghasil nira terbaik di Jogja, hal yang lumrah apabila masyarakatnya akrab dengan pelepah kelapa maupun alat-alat produksi nira lainnya.

Hansa Yulia Seteana, salah satu kontingen Nglarak Blarak yang juga pelaku seni mengatakan permainan ini memang membutuhkan energi yang tinggi. Namun, hal tersebut berlaku jika permainan ini ditampilkan dalam suatu kejuaran atau pertandingan. Dalam kegiatan sehari-hari, ia menilai permainan ini merupakan hal yang seru untuk dikenalkan kepada masyarakat khususnya anak-anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya