SOLOPOS.COM - Para nelayan di Pantai Congot, Jangkaran, Temon, Kulonprogo, memarkir perahu mereka, Selasa (8/1) akibat cuaca yang tidak bersahabat.(JIBI/Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

Para nelayan di Pantai Congot, Jangkaran, Temon, Kulonprogo, memarkir perahu mereka, Selasa (8/1) akibat cuaca yang tidak bersahabat.(JIBI/Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

KULONPROGO — Lantaran tinggi gelombang yang mencapai tujuh meter, puluhan nelayan di Pantai Congot puasa melaut. Cuaca buruk diperkirakan masih bertahan beberapa hari ke depan.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

“Sudah empat hari ini tidak melaut karena gelombang tinggi, sekitar enam sampai tujuh meter. Ngeri, sama sekali tidak ada nelayan sini yang melaut. Kemungkinan akan berlangsung selama sepekan,” kata salah satu nelayan, Sariman,48, Selasa (8/1/2013).

Menurutnya, selama tidak melaut biasanya para nelayan Pantai Congot beralih mencari ikan di Sungai Bogowonto. Tapi saat ini juga sulit karena sungai sedang banjir. Karena itu, daripada menganggur para nelayan mengisi waktu dengan mengumpulkan kayu bakar dari sampah yang banyak berserakan di pantai.

“Hasilnya dijual, satu kubik Rp20.000. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga ya tidak cukup. Cuma sambil menunggu, kalau ombak sudah bagus melaut lagi,” tambah Sariman.

Hal senada diungkapkan nelayan lain, Wito Darsono,53. Menurutnya, selama tidak melaut otomatis para nelayan kehilangan penghasilan. Sambil nunggu ombak kecil, mereka mengumpulkan kayu bakar.

“Kalau melaut musim bawal bisa dapat Rp1 juta hingga Rp2 juta. Setelah disetor diambil operasional dibagi dua [awak perahu], satu orang bisa dapat bersih Rp400.000 sampai Rp500.000,” pungkasnya.

Prakirawan BMKG Jogja, Subandi mengatakan, sejak 13 Desember silam memang tinggi gelombang di pantai selatan Jawa cenderung terus meningkat. Dari semula setinggi dua meter sampai saat ini mencapai empat meter lebih dan ini diprediksi masih akan naik terus.

Gelombang tinggi ini terjadi karena munculnya pusat tekanan rendah di timur Nusa Tenggara hingga Sumatra. Ada sekitar lima pusat tekanan rendah yang menyebabkan angin kencang dengan kecepatan 35 kilomter perjam yang memicu terjadinya gelombang tinggi. (markus@harianjogja.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya