SOLOPOS.COM - Seorang warga memunguti barang bekas dari tumpukan sampah yang terhampar di sepanjang Pantai Samas, Srigading, Sanden, Bantul, Senin (7/1/2013). Sementara itu, 17 perahu milik nelayan ditambatkan berderet menggunakan tali tambang agar tidak turut hanyut disapu gelombang pasang. JIBI/Harian Jogja/Dinda Leo Listy

Seorang warga memunguti barang bekas dari tumpukan sampah yang terhampar di sepanjang Pantai Samas, Srigading, Sanden, Bantul, Senin (7/1/2013). Sementara itu, 17 perahu milik nelayan ditambatkan berderet menggunakan tali tambang agar tidak turut hanyut disapu gelombang pasang. JIBI/Harian Jogja/Dinda Leo Listy

BANTUL — Selain menjebol sowangan (muara Sungai Opak dan Winongo Kecil), deras dan tingginya gelombang pasang di laut selatan juga menghanyutkan ribuan pohon mangrove yang ditanam Forum Konservasi Pemuda Rejosari (FKP2RS) di sepanjang Pantai Baros, Tirtohargo, Kretek hingga Samas.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

“Luas lahan yang ditanami mangrove mencapai 2,5 hektare. Karena ombak pasang sejak Sabtu (5/1/2013) lalu, sekitar 80 persen mangrove hanyut. Total kerugian sementara ditaksir mencapai sekitar Rp80 juta.,” kata Ketua FKP2RS, Sancoko, 32, saat ditemui Harian Jogja, Senin (7/1/2013).

Warga Pedukuhan 18, Tegalrejo, Srigading, Sanden itu menambahkan, jebolnya sowangan juga mengakibatkan air laut masuk dan menerjang pondok wisata bahari di sowangan sisi timur Pantai Samas. Akibatnya, sebagian bangunan dermaga di pondok wisata itu ambrol.

“Derasnya gelombang juga merusak bronjong penahan dermaga yang panjangnya sekitar 100 meter. Sejumlah pohon hias, mulai pandan hingga cemara udang, juga rubuh disapu gelombang,” imbuh anggota Pos TNI AL Samas, Serka Sumaryana, kemarin.

Menurut Kasi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bantul, Rudi Suharta, pondok wisata bahari sekaligus dermaga bagi perahu susur laguna di Pantai Samas itu baru selesai dibangun pada Desember 2012. “Anggarannya sekitar Rp800 juta,” terang Rudi.

Sementara itu, sejumlah nelayan di Pantai Samas memperkirakan tingginya gelombang laut selatan bakal berlangsung sepanjang Januari hingga Maret. “Gelombang tinggi biasa terjadi tiap tahun, berbarengan dengan musim hujan,” jelas Lilik Wantoro, 26.

Akibat gelombang yang tingginya mencapai kisaran tiga hingga tujuh meter, nelayan di Pantai Samas tidak dapat melaut sejak Sabtu (5/1). “Semoga ombak segera mereda. Sebab, saat ini sedang musim ikan dan lobster,” ujar Angga Ruslianto, 21, nelayan asal Kecamatan Beran, Sleman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya