SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Orang hilang rata-rata tidak terjadi karena diculik tetapi atas kesadaran sendiri.

Harianjogja.com, SLEMAN – Masyarakat dikejutkan dengan bermunculannya kabar menghilangnya orang dalam beberapa bulan terakhir di wilayah hukum Polda DIY. Dugaannya, orang yang dikabarkan hilang itu direkrut oleh kelompok tertentu dengan modus cuci otak. Bareskrim Polri turun tangan untuk membantu penyelidikan orang yang hilang nyaris bersamaan ini.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Lenyapnya orang itu rata-rata sekeluarga dan dilakukan dengan kesadaran bukan karena penculikan. Berdasarkan catatan kasus, mulai dari PNS medis di RSUP Sardjito berinisial ES yang sejak Nopember 2015 menghilang tidak saja dari tempat kerjanya tapi juga rumahnya yang di Godean pun kosong dan sekeluarga tak diketahui rimbanya.

“Awalnya sempat cuti sepekan tapi setelah itu hilang,” ungkap Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Sardjito Heru Trisno Nugroho.

Selanjutnya pada awal 11 Desember 2015 janda muda Diah Ayu Yulianingsih, 28, warga Perumahan Candi Gebang Permai IV nomor 1 Jetis RT18/RW66 Wedomartani, Ngemplak juga ikut menghilang. Saat itu Diah tinggal di tempat mertua bersama suaminya, akantetapi suaminya meninggal. Ketika itulah ada temannya yang kemudian kerap datang ke rumahnya itu. Tak diketahui secara pasti, siapa yang mengajaknya, Dian kemudian raib bersama anaknya Raina Ayranica Calya Putri.

Menurut informasi, Ayu ketika masih duduk di bangku kuliah kurun waktu 2006, pernah mengikuti suatu kelompok organisasi yang juga kerap terlibat kegiatan bakti sosial. Serta kerap mengikuti pengajian ke suatu tempat namun tidak menggunakan jilbab. Aktifitas itu berhenti ketika menikah dan memiliki anak. Tetapi saat suaminya meninggal, ada sekelompok orang yang mengajaknya kembali beraktivitas seperti saat kuliah.

“Ada yang memanfaatkan kekosongan,” ungkap Nunies yang juga ibu mertua Diah melalui ponselnya.

Setelah Dyah, lalu diikuti dengan menghilangnya dua keluarga sekaligus yaitu dokter Rica Tri Handayani dan anak balitanya Zafran Alif asal Lampung. Rica datang ke Jogja untuk menengok suaminya di Maguwoharjo, Depok, Sleman. Dugaannya, dokter Rica dipengaruhi oleh saudara sepupunya Eko Purnomo dan istrinya Veni Ori Nanda yang tinggal di rumah kontrakkan Perumahan Griya Pesona, Dusun Tangkilan, Sidoarum Godean. Dua keluarga ini pun dinyatakan hilang oleh pihak kepolisian dalam waktu bersamaan.

Eko merupakan asisten dosen salahsatu PTN di Jogja. Dikenal baik oleh warga tempat tinggalnya. Namun menghilang tanpa berpamitan secara jelas. “Bilang mau jalan-jalan tapi kemudian tidak kembali lagi,” ungkap Ramlan yang juga tetangga Eko dan Veni.

Menanggapi banyaknya orang hilang Kapolda DIY Brigjen Pol Erwin Triwanto menegaskan masih menyelidiki kasus tersebut. Pihaknya telah mendeteksi keberadaannya. Ada dugaan, seperti halnya, dokter Rica direkrut kelompok tertentu yang dipastikan bukan ISIS, dengan modus cuci otak. “Sempat meninggalkan surat sekitar sembilan lembar, intinya dia akan berjuang di jalan Allah, tapi dikatakan bukan ISIS,” tegasnya.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda DIY Kombes Pol. Hudit Wahyudi menegaskan, selain Polda DIY, ada tim dari Mabes Polri yang membantu menyelidiki kasus ini. “Sampai saat ini masih diselidiki,” ujarnya, Jumat (8/1/2016).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya