SOLOPOS.COM - Ilustrasi warga miskin (JIBI/Solopos/Dok.)

Organisasi Muhammadiyah mengadakan refleksi akhir tahun.

Harianjogja.com, JOGJA — Semakin besarnnya arus modern yang masuk ke Indonesia membuat kaum lemah dan tertindas semakin terpinggirkan. Padahal bila kalangan itu bisa diberdayakan secara maksimal maka Indonesia bisa menjadi sebuah negara yang memiliki kekuatan kuat di berbagai bidang.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Premis itu menjadi inti dalam diskusi refleksi akhir tahun Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah Rabu (30/12/2015). Diskusi bertajuk Muhammadiyah Dan Pembebasan Kaum Mustadh’afiin: Spirit Pemikiran dan Aksi Pemberdayaan Masyarakat Said Tuhuleley itu menggunakan pemikiran tokoh pendidikan Muhammadiyah, Said Tuhuleley sebagai dasarnya.

Akademisi yang merupakan mantan ketua MPM PP Muhammadiyah itu semasa hidupnya berusaha membimbing kalangan nelayan, petani, buruh dan masyarakat ekonomi lemah untuk mampu bertahan dan meningkatkan daya saing mereka di tengah tantangan globalisasi.

MPM adalah majelis hasil reformulasi dan revitalisasi Majelis Penolong Kesengsaraan Omoem (PKO) di Muktamar Muhammadiyah ke-45 pada 2005 lalu. PKO adalah majelis yang didirikan Ahmad Dahlan sejak awal berdirinya MUhammadiyah untuk merespon persoalan kemiskinan.

Ketua MPM PP Muhammadiyah, Nurul Yamin mengatakan arus besar modernisasi telah melahirkan struktur sosial yang tak berpihak pada masyarakat kecil. Terjadinya konsentrasi kekuasaan, permodalan dan informasi hanya bisa diakses oleh segelintir kelompok. Parahnya, kelompok elit itu bukan memanfaatkan kekuasaannya untuk memberdayakan nasib masyarakat namun justru berusaha memperkaya diri dan kelompoknya.

“Di kondisi seperti ini perlu upaya untuk mengembalikan fungsi kritis agama terhadap struktur sosial yang timpang itu. Perlu metode khusus untuk bisa memberdayakan masyarakat agar bangkit dari keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan,” papar dia.

Catatan serupa disampaikan juga oleh Amien Rais. Ketua Umum PP Muhammadiyah  ke-12 yang menjabat pada periode 2005-2008 ini menilai saat ini sudah terlalu banyak warga luar negeri yang mengambil keuntungan di Indonesia. Akibatnya kekayaan Indonesia justru tak dirasakan oleh masyarakat pribumi.

Bila tak segera berbenah, Amien menilai Indonesia akan terus berjalan menuju kehancuran. “Juru selamat” yang bisa membawa Indonesia bangkit ada pada ribuan masyarakat marjinal yang sampai saat ini belum banyak tersentuh.

“Kalau di masa depan mau bertahan, kita harus berpihak pada kaum papa. Dari ribuan yang kecil-kecil akan jadi sebuah gerakan besar,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya