SOLOPOS.COM - Sisa formulir eksodus besar-besaran yang dilakukan ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) berserakan di bekas kantor sekaligus lokasi homeschooling di Dusun Kadisoko RT002/RW001 Purwomartani, Kalasan, Sleman, Senin (11/1/2016). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Ormas Gafatar meninggalkan lahan bekas pertanian dan peternakan

Harianjogja.com, SLEMAN – Selain meninggalkan bekas markas yang dijadikan sebagai sekolah berbasis rumah (SBR) ormas Gafatar juga meninggalkan bekas garapan pertanian di Dusun Kadisoko RW02/RT01 Purwomartani, Kalasan, Sleman. Ormas ini diduga telah menyiapkan selama bertahun-tahun program eksodus ke luar pulau Jawa tersebut.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

(Baca juga : ORMAS GAFATAR : Gafatar Pernah Izin Membuat Sekretariat, tapi Tak Ada Aktivitas)

Berdasarkan penelusuran Harian Jogja di sekitar komplek bekas SBR milik ormas Gafatar setidaknya ada bekas lahan perikanan, pertanian hingga peternakan. Mereka memanfaatkan pekarangan yang masih satu area dengan rumah yang disewa sebagai homeshcooling menghadap ke barat itu.

Garapan pertanian terletak di sisi selatan rumah yang dijadikan markas. Bahkan hingga rumah itu sepi tak digunakan, masih tersisa sejumlah sayuran seperti kangkung. Serta bahan makanan lainya seperti lombok juga tertanam, bahkan tiap tanaman masih tersisa buah cabai yang memerah dengan jumlah puluhan siap dipetik. Lahan ini sebelumnya terawat jelas karena tidak rerumputan di bawahnya belum terlalu banyak.

Di sebelah timur area pertanian atau masih berada di sisi selatan rumah, juga terdapat area peternakan kecil. Terdapat sebuah kandang terbuka tanpa atap terbuat dari bambu berukuran sekitar 2 x 4 meter yang menyerupai kandang unggas.

Selain itu ada sebuah kandang anak ayam tertutup juga terbuat dari bambu berukuran sekitar 1 x 2 meter. Tampak masih ada beberapa bekas sisa makanan yang dugaannya belum lama piaraan itu dipindah atau dijual.

Tak hanya pertanian dan perikanan, mereka juga membidangi perikanan. Sebuah kolam terpal dibangun di paling belakang area homeschooling berukuran sekitar 2,5 x 5 meter. Meski tidak ada sisa ikan, tapi terpal dan kondisi air masih jernih dan tampak belum lama ditinggalkan.

Pemanfaatan lahan itu sejalan dengan pilihan program eksodus yang harus dipilih anggota. Dalam formulir yang ditemukan, adanya pilihan untuk mengabdi di bidang perikanan, peternakan, pertanian atau kesehatan.

“Rumah sama pekarangan itu semua yang dipakai [sewa]. Kegiatannya kebetulan tidak menganggu,” ungkap Vivi, 30, salahsatu warga yang berdekatan dengan markas Gafatar saat ditemui pekan lalu.

Ketua RT02 Dwi Sutarmanto membenarkan jika ormas Gafatar menyewa rumah sekaligus pekarangan yang berada di wilayahnya. Identitas penyewa itu ia dapatkan ketika dua orang diantara kelompok mereka bernama Sutanto dan Dedy Setiawan yang datang ke rumahnya untuk sekedar minta izin.

Sutanto dalam KTP tercatat sebagai warga Gading, Girikerto, Purwosari, Gunungkidul, sedangkan Dedy merupakan warga Kauman Timur, Cawas, Klaten. Saat datang ke rumah, kata dia, keduanya sembari membawa tabloid Gafatar edisi Maret 2014. Dalam tabloid itu terdapat foto Wakil Walikota Jogja Imam Priyono yang berfoto bersama salahsatu anggota ormas Gafatar sembari mengacungkan jempol.

“Yang melapor hanya dua orang, tapi perlahan itu lama-lama jadi banyak yang sering tinggal di sana. Tapi tidak menganggu warga,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya