SOLOPOS.COM - Salah satu sudut pagar besi di Jalan Malioboro. (Gilang Jiwana/JIBI/Harian Jogja)

Pagar besi Malioboro mendapatkan kritikan dari warga

Harianjogja.com, JOGJA — Kritik yang masuk terkait pagar Malioboro ditanggapi santai oleh Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Daerah DIY. Mereka mengatakan konsep pagar itu hanya sementara sampai masyarakat siap menerima program penataan selanjutnya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ditemui di Bangsal Kepatihan Jumat (22/1/2016), Kepala Bappeda Tavip Agus Rayanto mengakui dirinya kebanjiran kritik dari warga DIY seputar pemasangan pagar itu. Beberapa bahkan membandingkan antara Malioboro di zaman dahulu dan sekarang yang cukup kontras.

“Ada yang mengirimkan gambar Malioboro yang punya banyak tanaman dan Malioboro sekarang yang katanya seperti mau balap Formula 1,” kata dia.

Kritik itu menurut Tavip wajar saja masuk. Pihaknya juga akan menindaklanjuti kritik yang masuk dengan mengevaluasi langkah pemasangan pagar portabel itu. Namun menurutnya pagar besi itu hanya bersifat sementara sambil Pemda menata Malioboro sesuai desain besar yang sudah ada.

Dia menjelaskan, meski belum tampak benar, saat ini sebenarnya proses penataan Malioboro sebenarnya sudah berlangsung. Sayembara desain Malioboro yang dulu sempat digelar juga tak dibuang dan masuk dalam grand design Malioboro yang sudah dikantongi Pemda.

Hanya saja, pengerjaannya diakuinya tak bisa dilakukan sekaligus karena membutuhkan pembangunan yang menyeluruh. Karena itulah digunakan opsi pembangunan bertahap dengan kawasan Alun-alun sebagai titik awal penataan Malioboro.

“Pak Gubernur sempat bilang, kalau nunggu ideal penataan ini enggak akan jadi, jadi, makanya dimulai bertahap dari selatan,” ujar Tavip.

Sejauh ini, Tavip menjelaskan proses penataan Alun-alun Utara sudah berlangsung dan dilanjutkan dengan perbaikan Titik Nol. Pekerjaan ini menyisakan perbaikan akses menuju Kraton. Tahap selanjutnya adalah membenahi kawasan di sekitar Pasar Sore dan terus berlanjut hingga ujung utara Malioboro.

“Maunya beliau begitu,” imbuh Tavip.

Soal pagar yang membuat Malioboro terkesan gersang dan kaku, Tavip menjelaskan fasilitas itu didesain sebagai bagian dari fase rekayasa sosial. Rekayasa itu termasuk menertibkan pejalan kaki agar tidak menyeberang sembarangan dan berfoto sampai ke tengah jalan. Selain itu, pagar portabel ini juga dimaksudkan sebagai pembatas penonton manakala digelar pawai yang melintasi Malioboro.

“Cuma memang banyak kritik masuk karena desainnya kok begitu, ya itu jadi masukan kami,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya