SOLOPOS.COM - Salah satu sudut pagar besi di Jalan Malioboro. (Gilang Jiwana/JIBI/Harian Jogja)

Pagar besi Malioboro menuai kritik dari warga

Harianjogja.com, JOGJA- Sebulan terakhir Malioboro dihiasi ornamen baru. Bukan patung atau karya instalasi seperti yang pernah dipasang beberapa waktu lalu, melainkan deretan pagar besi berwarna merah.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pagar besi itu ditata memanjang dari ujung utara jalan Malioboro hingga Titik Nol. Saat pertama kali dipasang 26 Desember lalu pagar itu berada di kedua sisi jalan. Namun belakangan pagar itu dipusatkan di sisi barat jalan, membatasi jalur pejalan kaki dan andong dengan jalan raya.

Jarak antara satu pagar dengan yang lainnya saling berimpitan dan hanya ada celah di setiap jalur zebra cross dan pintu masuk ke instansi. Mau tak mau masyarakat yang ingin menyeberang pun harus bejalan memutari pagar.

Meskipun sedikit merepotkan, salah satu pengunjung kawasan Malioboro Arif Syamsudin, 28, beberapa waktu lalu menilai langkah ini mampu memaksa pejalan kaki untuk tertib saat menyeberang. Selain itu dia menilai keberadaan pagar ini juga cukup efektif membuat Malioboro tampak lebih rapi walaupun sepintas malah terlihat kaku.

“Kalau dibandingkan yang sudah dipagari dan belum kan kelihatan lebih rapi. Tapi kesannya memang jadi kaku soalnya seperti dipenjara karena bentuk pagarnya,” ujar dia.

Satu titik yang paling banyak disorot adalah area di depan Gedung Agung. Di sepanjang trotoar yang ada di depan Istana Negara itu pagar besi menutup rapat area trotoar, hanya menyisakan sedikit celah di pertemuan antara ujung pagar besi dan pagar Gedung Agung.

Pemasangan ini membuat area landai yang ditujukan bagi pengguna kursi roda dan jalur khusus bertonjolan bagi pengguna tunanetra tertutup. Para penyandang disabilitas yang ingin melintas akhirnya hanya bisa melintas lewat trotoar di sisi timur jalan yang masih dipadati pedagang kaki lima.

Berdasarkan Pantauan Harian Jogja sejak pagar besi dipasang melingkar di area trotoar, area itu tak lagi seramai biasanya. Namun di saat tertentu masih banyak pengunjung yang memanfaatkan area di dalam kepungan pagar untuk duduk-duduk dan berfoto dengan beberapa ornamen di sekitarnya.

Menariknya, sejak dipasang pagar tak ada lagi pedagang sate atau pecel yang biasa menggelar dagangan di area itu. Pengunjung Malioboro pun lebih leluasa duduk-duduk di bangku yang dulu seringkali digunakan pedagang untuk meletakkan barang dagangannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya