Jogja
Kamis, 12 Desember 2013 - 12:27 WIB

PAJAK DAERAH : Dua Bulan Terakhir, Penjualan Sepeda Motor di Jogja Turun

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi sepeda motor (JIBI/dok)

Harianjogja,com, JOGJA—Sumbangan pendapatan daerah dari transaksi pembelian kendaraan bermotor di Kota Jogja dalam dua bulan terakhir sangat rendah bahkan lebih rendah dibanding Bantul.

Pendapatan daerah dari bea balik nama kendaraan bermotor (BBN-KB) di Kota Gudeg, dikhawatirkan tidak sesuai dengan target.

Advertisement

“Biasanya per hari Rp600 juta, tapi pada Oktober- November hanya Rp350juta/hari,” kata Kepala Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan Aset Daerah DIY, Bambang Wisnu Handoyo ujar di sela-sela rapat perhitungan penyarapan APBD 2013 di Komplek Kepatihan, Rabu (11/12/2013).

Di Bantul, lanjut Bambang, justru sebaliknya. BBN-KB di Bumi Projotamansari itu mencapai Rp600 juta/bulan, sesuai dengan target yang telah ditentukan sebelumnya.

Hal itu lantaran Bantul merupakan daerah penyangga kota. Luberan penduduk kota lebih banyak ke selatan.
“Di Bantul memang lebih banyak kepemilikan sepeda motor,” ujarnya.

Advertisement

Bambang memperkirakan turunnya BBN-KB di kota lantaran adanya wacana mobil murah. Masyarakat yang ingin membelanjakan uangnya untuk kendaraan, memilih menunggu mobil murah diproduksi. Terbukti, katanya, pendapatan dari BBN-KB berangsur- angsur naik pada awal Desember.

Ia mengeluhkan, adanya dealer- dealer yang memberikan kredit ringan tanpa uang muka. Sebab, ketika kendaraan yang menjadi jaminan ditarik lagi oleh dealer karena pengutang tak mampu membayar kredit per bulannya, dealer tidak akan meneruskan pembayaran pajak kendaraan.

“Karena memang wajib pajak itu melekat pada pemilik STNK motor itu,” ungkapnya.

Advertisement

Kredit murah itu, lanjut Bambang, sangat mempengaruhi pembelian kendaraan. Contoh pada gempa 2006 lalu. Meski bencana, banyak masyarakat membelanjakan uangnya untuk beli motor secara kredit. Karenanya, pendapatan BBN-KB melebihi target yang telah ditetapkan.

“Pikirannya karena gempa, pembelian menurun sehingga target pendapatan dari BBN-KB diturunkan,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif