Jogja
Kamis, 6 September 2012 - 16:45 WIB

Pakar UGM: Tambang Pasir Besi Rusak Lingkungan

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (indonetwork.co.id)

ilustrasi (indonetwork.co.id)

KULONPROGO—Pakar pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Ja’far Siddieq menentang rencana penambangan pasir besi di Kulonprogo.

Advertisement

“Saya dengan keras menentang penambangan pasir besi di Kulonprogo. Saya bukan provokator tetapi ini atas dasar ilmiah,” kata Ja’far saat acara syawalan Peguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) di Pleret, Panjatan, Kamis (6/9).

Menurut kajian ilmiah yang ia lakukan, jika pasir yang ada di pesisir pantai selatan Kulonprogo ditambang dan diambil biji besinya (pig iron), air yang dahulu tawar akan menjadi asin. Sumur-sumur di permukiman juga menjadi asin karena pasir pantai menjadi penahan dan menginfiltrasi air laut. Sehingga meskipun sumur hanya berjarak 50 meter dari bibir pantai airnya masih tawar.

Ia menambahkan, dari sisi pertanian, puluhan ribu petani di pesisir itu telah menggarap lahan yang puso menjadi lahan pertanian yang menghasilkan banyak komoditas seperti cabai, semangka, melon dan sayuran. Bahkan cabai merah menjadi komoditas penopang utama bagi ekonomi petani dan penopang kebutuhan di selurah DIY dan sekitarnya bahkan hingga ke luar Jawa.

Advertisement

Ja’far menambahkan, di lahan pertanian pesisir Pantai Selatan tidak mengenal musim. Jika musim hujan tidak pernah terjadi banjir. Pada musim kemarau pun tanaman tetap subur karena ada sumur “renteng” air tawar yang digunakan untuk menyiram.

“Penambangan pasir besi jelas merusak lingkungan dan pertanian,” kata Ja’far.

Pria yang sudah meneliti dan mendampingi para petani lahan pasir lebih dari 10 tahun itu mengingatkan kepada pemerintah untuk mengkaji ulang rencana penambangan pasir besi itu.(ali)

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif