Jogja
Jumat, 28 Oktober 2016 - 16:20 WIB

PAMERAN DI JOGJA : Pameran Produk Ekspor Jogja Ditarget Omzet Rp2 Miliar

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X (batik coklat) dan Direktur Jenderal Promosi dan Citra Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI Merry Maryati (baju biru) ketika melihat-lihat stand dalam PPED ke-21 di JEC, Bantul, Kamis (27/10/2016). (Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Pameran di Jogja berupa produk ekspor digelar di JEC

Harianjogja.com, BANTUL- Pameran Produk Ekspor Daerah (PPED) di DIY sudah memasuki kali ke-21. Pada pameran kali ini, ditargetkan transaksi yang tercipta mencapai Rp2 miliar. PPED ke-21 digelar di Jogja Expo Center (JEC), Bantul, 27-31 Oktober 2016.

Advertisement

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY Budi Antono mengatakan, penyelenggaraan PPED di DIY merupakan yang paling eksis di Indonesia karena bisa berlangsung sampai saat ini. “Tujuannya untuk memperluas pasar dan potensi dari embrio menjadi eskportir,” jelas dia, di sela-sela pembukaan Pameran Produk Ekspor Daerah (PPED) di  Jogja Expo Center (JEC), Bantul, Kamis (27/10/2016).

Selain pameran, dalam event ini juga akan dilaksanakan kegiatan temu bisnis pada Jumat (28/10/2016) di Lt 2 JEC. Temu bisnis ini akan dihadiri buyer dari Shanghai. Selain itu, PPED ini diramaikan stan dari daerah lain.

“Pada 2016 ini memang ada efisiensi dan jumlah peserta yang tadinya 140an menjadi 70an. Tapi kami bersyukur kegiatan ini tetap bisa terselenggara,” ungkap dia.

Advertisement

Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X mengungkapkan, PPED diharapkan mampu meningkatkan nilai transaksi untuk menghadapi persaingan bebas di pasar ASEAN dan di pasar Global. Untuk membangun ekonomi daerah, harus ada identifikasi keunggulan potensi daerah dan potensi pasar untuk menentukan strategi yang tepat.

“Pameran ini punya arti penting sebagai bahan referensi  dan informasi tentang potensi unggulan khususnya untuk DIY itu fashion, furniture, aksesoris, dan aneka kerajinan lainnya,” papar dia.

Ia menyebutkan, DIY merupakan wilayah tersempit ketiga di Indonesia. DIY mengandalkan ekonomi kreatif untuk pertumbuhan ekonominya. “Apapun kerajinan yang digeluti harus memiliki nilai tambah, apalagi DIY memiliki SDM yang bagus tapi SDA yang terbatas,” kata dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif