Jogja
Rabu, 27 November 2013 - 21:30 WIB

PAMERAN SENI GRAFIS : Potret Usang Kaum Buruh dalam Teater Hitam Putih

Redaksi Solopos.com  /  Maya Herawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pengunjung menyaksikan seni grafis karya Dodi Irwandi, Selasa (26/11/2013). (JIBI/Harian Jogja/Kurniyanto)

Harianjogja.com, JOGJA–Puluhan karya hitam putih yang menggambarkan perjuangan kaum buruh terpajang di dinding Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Jl. Suroto, Kotabaru, Jogja.

Karya tersebut antara lain menggambarkan bentuk tubuh pekerja kasar seperti pemecah batu, tukang kayu, tukang sol sepatu. Mereka berpeluh dan meregang otot, namun tidak lelah bekerja karena sebuah harapan.

Advertisement

Inilah karya yang disuguhkan seniman grafis Dodi Irwandi dalam pameran tunggal bertajuk Teater Hitam Putih yang berlangsung mulai 22 November hingga 30 November 2013.

Pegrafis asal Bukittingi, Sumatra Barat itu sengaja menjadikan kaum buruh menjadi objek karya karena merasa miris dengan perjuangan mereka dalam bertahan hidup.

“Mereka [buruh] ada di sekeliling kita. Saya bisa merasakan bagaimana sulitnya mereka dalam bertahan hidup,” katanya kepada Harianjogja.com, Selasa (26/11/2013) di sela-sela pameran.

Advertisement

Dodi menceritakan para buruh yang ia jadikan objek grafisnya itu ia dapatkan dengan cara hunting di jalanan. Layaknya seorang jurnalis ia melakukan wawancara terhadap buruh yang ia temuinya itu.

Bahkan terkadang ia juga turut merasakan pekerjaan buruh tersebut. Dari pertemuannya itu, ia memotret. Sesampainya dirumah pegrafis kelahiran 4 September 1974 itu langsung memindahkannya sebagai karya grafis.

Menurutnya, buruh yang ia temui itu tidak hanya sekadar menarik untuk dijadikan sebagai sebuah karya, namun juga menarik untuk dikorek lebih lanjut ihwal pilihan mereka dalam menjadi buruh.

Advertisement

Misalnya saja karya berjudul Tetap Tersenyum. Karya itu menggambarkan seseorang pria yang memegang barang daganganya berupa mainan tradisional yang terbuat dari daun lontar.

“Dia merupakan petani dari Jawa Timur yang menjajakan dagangannya hingga ke Jogja. Ia terpaksa menjadi pedagang karena gagal panen akibat bencana kekeringan,” bebernya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif