SOLOPOS.COM - Seorang pengunjung melihat salah satu karya lukisan yang dihasilkan puluhan perupa muda di Bale Banjar Sangkring Art Space, Kasihan, Bantul, Sabtu (10/9/2016). (Bhekti Suryani/JIBI/Harian Jogja)

Pameran seni Perupa Muda 2016 membuktikan karya seni perupa muda

Harianjogja.com, BANTUL- Sebanyak 45 karya seni hasil kreativitas perupa muda dipamerkan di Bale Banjar Sangkring Art Space Kasihan, Bantul. Karya menampilkan kekhasan anak muda masa kini.

Promosi 204,8 Juta Suara Diperebutkan, Jawa adalah Kunci

Pameran bertajuk Perupa Muda 2016 itu akan dibuka pada 11 September malam dan berakhir sebulan kemudian 11 Oktober 2016. Sebanyak 45 karya seni lukis, instalasi, patung, video, batik dan fotografi dipamerkan selama sebulan.

Ajar Ardianto panitia pameran mengatakan, pihaknya membuka keterlibatan seniman-seniman muda yang ingin bergabung dalam pameran yang kali pertama digelar itu. “Ada 100-an karya yang masuk, akhirnya ada 45 yang terpilih setelah melalui seleksi,” ungkap Ajar Ardianto, Sabtu (10/9/2016).

Selain mempertimbangkan kualitas karya dalam proses seleksi, panitia hanya memilih karya dari perupa-perupa muda. Hasilnya terpilih 45 karya yang dibuat anak-anak muda mulai dari usia 20 tahun hingga 32 tahun.

“Mereka yang ikut kebanyakan dari ISI [Institut Seni Indonesia] Jogja. Ada yang kuliahnya angkatan 2004 hingga angkatan 2015,” ujarnya lagi.

Ada “rasa” yang berbeda dalam pameran yang dihelat seniman-seniman muda kreatif itu. Yuswantoro Adi salah satu seniman yang menyeleksi karya seni untuk diikutsertakan dalam pameran mengungkapkan, puluhan karya-karya itu kental nuansa anak muda yang berbeda dari seniman era lampau.

Setiap zaman menurut Adi memiliki warna tersendiri bagi karya-karya seni dan bagi seniman khususnya. Anak-anak muda masa kini kata dia dekat dengan teknologi dan perkembangan informasi. Salah satu lukisan berjudul Dead Pixel karya Prisman Nazara diantaranya mencerminkan bagaimana nuansa anak muda masa kini masuk dalam sebuah karya lukisan.

Prisman Nazara membuat lukisan seorang lelaki mirip dengan foto pixel yang biasa dihasilkan oleh teknologi komputer. Ia merajut kanvas menjadi anyaman untuk membentuk pixel lalu menggambar wajah manusia.

“Jadi, seniman muda itu memindahkan pengetahuan soal teknologi yang biasa dimiliki anak-anak muda sekarang ke dalam sebuah lukisan. Tapi enggak cuma memindahkan teknologi itu namun juga memasukkan rasa. Seniman zaman dahulu mana mungkin menghasilkan karya seperti itu,” jelasnya lagi.

“Rasa” anak muda juga dapat ditemukan di hampir seluruh karya seni yang banyak mengakomodasi  beragam warna cerah pada karya mereka. Namun Adi memaklumi karya-karya anak muda itu masih  belum banyak yang matang dari sisi filosofis, lantaran mereka baru sebatas berlatih dan mencari jati diri.

Soal kedalaman filosofi sebuah karya serta relevansinya untuk konteks kekinian, para perupa muda kata dia membutuhkan waktu yang panjang untuk belajar dan mematangkan diri. “Kalau tiba-tiba mereka sudah matang [soal filosofi karya] justru saya akan kaget. Hal semacam itu butuh waktu yang tidak sebentar dan berproses,” paparnya lagi.

Penyeleksi lainnya Yasa Agus mengatakan, pameran perupa muda itu untuk menghidupkan lagi event pameran seniman-seniman muda yang pernah hidup pada 1990-an namun lenyap pada 2001.

Pameran semacam ini dinilai memiliki banyak dampak positif. Selain menjadi ajang menumbuhkan bibit-bibit baru di kalangan seniman, sekaligus menjadi ajang memperkaya potensi-potensi seni di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya