Jogja
Kamis, 12 Desember 2013 - 14:58 WIB

PAMERAN SENI : Nostalgia dalam Peristiwa Sebuah Kelas

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung saat menyaksikan pameran Peristiwa Sebuah Kelas di Galeri Sangkring Art Space, Selasa (10/12/2013). (JIBI/Harian Jogja/Kurniyanto)

Harianjogja.com, BANTUL—Galeri Sangkring Art Space di Dusun Nitiprayan, Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, berubah menjadi ruangan kelas. Beberapa bangku dan meja yang terbuat dari kayu berikut papan tulisnya terpajang dengan rapi di bagian tengah ruang galeri.

Di bagian pojok ruangan, tertempel secarik kertas bertuliskan jadwal berikut nama-nama siswa yang harus melakukan piket setiap harinya.

Advertisement

Tidak jauh dari ruang kelas, ada puluhan barang yang yang ditata, seperti meja pingpong, papan tulis, lukisan, beberapa karya video, perahu dari kayu, hingga perabotan rumah tangga.

Inilah yang tersaji dalam pameran bertajuk Peristiwa Sebuah Kelas yang berlangsung mulai 9 Desember hingga 6 Januari 2014.

Pameran ini diikuti 21 seniman yang sebagian besar merupakan seniman “super sibuk” yang hanya memiliki kegiatan membuat karya dan berpameran, seperti Abdi Setiawan, Abe Darmawan, Wimo Bayang, Yuli Prayitno, dan juga Nasirun.

Advertisement

Koordinator pameran, Handiwirman yang juga merupakan salah satu peserta pameran menjelaskan, Peristiwa Sebuah Kelas sebenarnya bukan merupakan pameran dalam artian sebenarnya, melainkan sebuah rangkaian kegiatan yang dirancang oleh peserta sejak setahun belakangan ini.

Menurut Handiwirman, para peserta pameran merasa rindu dengan suasana saat mereka masih duduk di bangku mahasiswa utamanya saat masih kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI), di mana saat itu mereka sering berdikusi, saling mengkritik karya satu dengan yang lain.

“Tapi setelah kami jadi seniman, diskusi itu sudah tidak bisa kami lakukan lagi karena semua sibuk dengan rutinitas mereka. Berkarya kemudian berpameran. Begitu seterusnya,” katanya saat ditemui Harianjogja.com di Sangkring Art Space, Selasa (10/12/2013).

Advertisement

Tak heran jika peserta sengaja menata ruang pameran seperti ruangan kelas. Menurut Handiwirman, meja dan bangku yang dipasang dalam ruang pameran bukan hanya dijadikan properti pameran semata, namun juga digunakan untuk berdiskusi layaknya aktivitas dalam ruang kelas.

“Di bangku itu [ruang kelas] tiap hari ada seniman yang harus mempresentasikan karyanya di hadapan peserta lainnya,” katanya.

Adapun karya yang dipresentasikan yakni barang-barang yang diletakkan di lantai atas ruangan kelas. Salah satunya karya video berjudul Saya Berjanji Tidak Mengulanginya Kembali, karya Dodo Hartoko.

“Ini merupakan kenangan saya waktu SD yang sering disuruh menulis soal berikut jawabannya hingga 10 kali karena tidak mengerjakan PR,” katanya kepada Harian Jogja.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif