Jogja
Senin, 26 Agustus 2013 - 11:40 WIB

PAMERAN SENI RUPA : Improvisasi Visual, Perlawanan Ala Seniman Street Art

Redaksi Solopos.com  /  Yudi Kusdiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pengunjung menyaksikan lukisan yang dipamerkan, Minggu (25/8/2013).

Seorang pengunjung menyaksikan lukisan yang dipamerkan, Minggu (25/8/2013).

Harian Jogja.com, JOGJA—Dalam peta seni rupa, seniman street art masih dipandang sebelah mata, karena mereka dinilai hanya piawai mencorat-coret fasilitas umum dalam mengekspresikan karya.

Advertisement

Karya mereka dinilai kalah kelas jika dibandingkan dengan pelukis pada umumnya,  mengingat pilihan media dalam berkarya tidak lazim karena menggunakan tembok sebuah bangunan.

Pandangan inilah yang coba dihapus oleh lima seniman street art dengan menggelar pameran bertajuk Improvisasi Visual di Galeri Biasa, Jl. Suryodingratan, Jogja. Pameran ini diikuti Rudi a.k.a Rubseight, Vendy a.k.a Methodos, Gautama Adi Kalingga a.k.a Silencer, Totok a.k.a Zent Prozent dan Gandhi a.k.a Rasefour.

Lima dari tiga seniman ini sekarang bekerja sebagai ilustrator dan desainer. Sedangkan dua seniman lainnya yakni Vendy dan Totok hingga kini masih aktif menjadi seniman jalanan.

Advertisement

Vendy selaku penggagas pameran mengatakan Improvisasi Visual menjadi ajang pembuktian bahwa mereka bisa menggelar pameran di galeri seperti pelukis pada umumnya.

Untuk karya, mereka juga mengaku tidak kalah dengan pelukis yang selama ini menggunakan media konvensional. “Karena selama ini publik menilai bahwa karya kami hanya muncul di fasilitas umum saja,” katanya kepada Harian Jogja.com, Minggu (25/8/2013).

Dalam pameran ini, sebanyak 58 lukisan berbagai ukuran dengan menggunakan media kertas maupun kanvas disuguhkan. Tak ada tema khusus dalam pameran ini. Seniman bebas menyuguhkan karyanya sesuai karakternya mereka. Namun sebagian besar karya yang dipamerkan lebih banyak mengusung pesan kritik sosial.

Advertisement

Seperti karya Vendy yang mencoba mengangkat objek makhluk yang aneh atau mutan. Mahluk itu berbadan manusia namun pada bagian kepala diganti dengan menggunakan ikan dengan gigi yang tajam. “Ini [mahluk mutan] menjadi representasi betapa rakusnya manusia pada saat ini,” ujar pemuda asal Bantul itu.

Vendy mengatakan pameran ini merupakan titik awal seniman street art untuk bangkit. Rencananya tiap tahun mereka juga akan menggelar pameran serupa dengan melibatkan lebih banyak lagi seniman street art.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif