SOLOPOS.COM - Pantai Parangtritis (JIBI/DOK)

Pantai Parangtritis (HARIAN JOGJA/DOK)

Di balik gerobak usangnya, Sumini, 50, hanya duduk berdiam diri. Sorot mata ibu dua anak itu terus tertuju pada bus pariwisata yang silih berganti, datang dan pergi.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Siang itu, Minggu (5/2), belum satu pun wisatawan yang singgah mencicipi semangkuk bakso racikannya. Belasan kelapa muda yang dijajakannya juga masih tersusun rapi.

“Sabtu (4/2) kemarin juga sepi pembeli. Rombongan wisatawan yang baru turun dari bus langsung berhamburan ke bibir pantai,” kata Sumini saat Harian Jogja bertandang ke warungnya.

Sumini adalah satu-satunya pedagang yang hingga kini masih bertahan menggantungkan hidup di los paling barat Pasar Parangtritis Baru. Adapun puluhan pedagang lain, telah lama angkat kaki.

Di sela-sela tumpukan meja dan bangku yang ditinggalkan pedagang, belasan kambing milik warga setempat bebas berseliweran. Timbunan pasir pantai yang terbawa angin juga menggunung di lantai pasar yang sudah bertahun-tahun mangkrak itu.

“Karena para pengunjung sudah menyiapkan bekal setiap kali berwisata ke sini,” jawab Sumini saat ditanya alasan perginya para pedagang sejak bertahun-tahun lalu.

Lantaran tidak punya uang untuk menyewa kios di tempat lain, Sumini terpaksa bertahan demi membiayai anaknya yang masih duduk di bangku SMP kelas tiga. Hanya saja, dia memilih berjualan tiap Sabtu dan Minggu saja.

“Kalau dagang tiap hari bisa tekor,” ujar dia. Pasalnya, untuk menyiapkan dagangan, paling tidak dibutuhkan modal sekitar Rp300.000. Sedangkan hingga dua hari berjualan, penghasilannya kerap tidak bisa menutup modal.

Adapun penghasilan dari suaminya, Bagong, 55, yang bekerja sebagai kusir bendi juga tidak dapat diandalkan. Sebab, bendi juga tidak dapat beroperasi setiap hari lantaran kalah bersaing dengan persewaan ATV.

“Tiap Sabtu dan Minggu, paling ramai ada dua sampai tiga penumpang. Itupun hasilnya habis untuk beli pakan kuda,” imbuh Sumini. Alhasil, pinjaman bunga tinggi dari para lintah darat menjadi sandaran keluarganya menyambung hidup.

Kini, Sumini hanya bisa berharap kepada pemerintah agar Pasar Parangtritis Baru bisa ditata ulang hingga menarik perhatian wisatawan. “Ingin buka tenda di tepi pantai, takut dirazia. Tetapi kalau terus bertahan di los pasar ini, tidak ada pembeli yang mampir,” pungkas dia.(WARTAWAN HARIAN JOGJA/DINDA LEO LISTY)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya