Jogja
Sabtu, 4 Oktober 2014 - 02:20 WIB

PASAR BEBAS : Batik Cina Masuk, Bagaimana Nasib Batik Jogja?

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu proses pembuatan batik sinom parijotho salak di Dusun Plapangan, Pandowoharjo, Sleman. (Rima Sekarani/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, SLEMAN- Membanjirnya produk batik dari Cina pada era pasar bebas ini dirasakan mengancam kelangsungan batik tradisional yang dikembangkan perajin rumahan.

Perajin “Batik Jumputan” Dusun Gedang, Sambirejo, Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Mujimin, mengatakan membanjirnya pakaian batik asal Cina berdampak kurang baik bagi perkembangan batik tradisional di tanah air.

Advertisement

“Kami berharap ada aturan atau undang-undang yang dapat melindungi produk batik tradisional tanah air,” katanya, Kamis (2/10/2014).

Menurut dia, dengan adanya perlindungan hukum maka karya batik yang dihasilkan pelaku usaha kecil bisa terus bertahan dan berkembang.

“Masuknya produk-produk batik asal Cina atau negara lain, jika tidak segera ditangani dengan baik oleh pemerintah bisa berdampak buruk bagi pelaku usaha batik tradisional, khususnya batik tulis khas Indonesia,” katanya.

Advertisement

Ia mengatakan, kondisi pasar bebas saat ini justeru akan semakin mempersempit gerak pemasaran perajin batik tradisional di tanah air.

Mujimin mengembangkan usaha “Batik Jumputan” dengan dibantu ibu-ibu dan pemuda warga dusun sekitarnya yang berjumlah sekitar 16 orang.

“Saat ini batik yang sedang dikembangkan antara lain batik motif bunga batu, daun, dan loreng,” katanya.

Advertisement

Ia mengatakan, batik jumputan ini cara membuatnya sangat sederhana, dengan mengambil sejumput kain yang sudah diberi sket gambar, kemudian diikat dengan menggunakan karet dan bambu.

“Saat ini pemasaran batik jumputan langsung ke pasar-pasar atau toko-toko di Sleman dan Jogja. Namun saat ini batik-batik Cina dan batik cap sudah banyak juga yang masuk ke pasar-pasar tradisional,” katanya.

Mujimin mengatakan, batik jumputan ini dijual antara Rp65.000 hingga Rp150.000.

“Meski demikian kami mencoba beragam cara memasarkan batik jumputan, termasuk melalui media sosial dan internet,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif