Jogja
Kamis, 6 November 2014 - 22:20 WIB

PASAR KERAJINAN JOGJA : Mengapa XT Square Jogja Sepi?

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto Pedagang XT Square di Antara Los yang Sepi (JIBI/Harian Jogja/Eva Syahrani)

Harianjogja.com, JOGJA-Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Jogja menyatakan Direksi XT Square harus mengubah konsep pengelolaan menjadi berbasis seni dan hiburan atau mengembalikan konsep awal sebagai pasar kerajinan.

Konsep keberadaan panggung hiburan, pertunjukkan musik, hingga event kesenian yang kerap digelar di XT Square, dinilai Dekranasda Kota Jogja tak memberikan pengaruh signifikan terhadap meningkatnya jumlah pengunjung dan pembelian terhadap produk kerajinan di sana.

Advertisement

Meski kegiatan yang diselenggarakan begitu banyak dan beragam. Ketua Dekranasda Kota Jogja, Tri Kirana Muslidatun mengatakan kegiatan yang digelar saat ini tak ada yang pas dengan sasaran.

Maka, sebagai ketua organisasi yang membina para perajin di Kota Jogja, atau Ana Haryadi sapaan akrabnya berharap segenap direksi dapat mempertimbangkan adanya perubahan pola pemasaran dengan teknik pelaksanaan konsep seni dan hiburan itu menjadi konsep yang lebih baik.

Atau mengembalikan konsep pengelolaan seperti awal, yakni sebagai pasar kerajinan.

Advertisement

Karena sejauh pengamatan Ana, XT Square lebih banyak memenuhi target pasar seni dan hiburan ketimbang kerajinan. Namun ia menegaskan, konsep manajemen pemasaran seperti apa yang harus diterapkan, menjadi tugas pengelola XT Square untuk mencari dan menyelidikinya.

“Saya harap ke depan, bila tiba masanya pergantian direksi, maka orang yang baru nantinya benar-benar mengerti manajemen pemasaran. Karena penjualan dan pemasaran adalah hal yang berbeda, sedangkan awal kehadiran XT Square tujuannya mendukung pemasaran kerajinan,” tutur Ana, Rabu (5/11/2014).

Ana juga mengritik bentuk gedung XT Square yang sejak awal mula dibangun, memiliki layout yang salah. Ia berharap pintu pembatas digempur, agar suasana lebih terbuka. Sehingga pengunjung mengetahui bahwa di XT Square ada kios kerajinan yang bisa didatangi.

Advertisement

Hal tersebut diungkapkan setelah belajar dari layout pasar Ngasem, yang meski tak dipromosikan secara besar-besaran, barang dagangan yang dijual, ketika event berjalan di dalam pasar, bisa diserbu pengunjung.

Karena bentuk layout terbuka, pengunjung event mengetahui ada barang yang ditawarkan. Namun hal berbeda terjadi pada XT Square, meski juga banyak event dilaksanakan di lokasi tersebut.

“Dua hal penting yang menjadi catatan, dan sudah kami sampaikan kepada Walikota, yang pertama digempurnya pintu pembatas, yang kedua adalah terobosan sistem marketing. Walikota telah menyampaikannya pula kepada direksi, namun tiap diskusi selalu mentah kembali,” terangnya di Kantor Humas.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif