BANTUL-Nasib Pasar tradisional Gabusa, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul makin tergerus dengan munculnya bangunan rumah hunian warga. Pemerintah Desa Timbulharjo meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul ikut bersikap.
Kepala Desa Timbulharjo Kandar mengaku tidak bisa melangkah sendirian tanpa Pemkab ikut campur tangan.
“Kami tidak bisa melangkah sendiri mengatasi sana [Pasar Gabusan]. Kami harus bersama camat dan Pemkab,” ujar Kandar ditemui Harianjogja.com Jumat (5/7/2013).
Menurut Kandar pihaknya belum mempunyai langkah strategis mengatasi pasar tradisional di lahan tanah kas desa dan bersebelahan dengan pasar seni yang marak hunian.
“Tunggu saja nanti kalau sudah ada langkah nyata kami infokan. Yang jelas kami tidak bisa melangkah sendiri,” ujarnya.
Kades baru Timbulharjo yang baru menjabat sejak Mei lalu tidak berani memastikan adanya pihak oknum tertentu yang bermain dan memicu bertambahnya bangunan permanen untuk tempat tinggal keluarga.
Ia juga mengaku belum menghitung secara pasti jumlah keluarga yang membangun rumah hunian permanen di dilahan kas desa yg semestinya hanya untuk pasar.
Pantauan Harian Jogja Jumat (5/7) pasar tradisional Gabusan masih terlihat beberapa pedagang menjual hasil pertanian dan ragam kebutuhan pangan. Namun setiap hari selepas pukul 09.00 WIB sejumlah pedagang mengaku sepi pengunjung.
Mereka mengaku pembeli setiap hari hanyalah warga sekitar yang jumlahnya makin menurun dibanding sebelum lahan dan kios beralih bentuk jadi rumah hunian keluarga.
Tohid usaha tailor sejak puluhan tahun ditemui beberapa waktu lalu mengakui terdapat tempat usaha memang berubah jadi tempat tinggal. “Kayaknya sekaligus menjaga usahanya,” ujar penjahit asal Dusun Dadapan.