SOLOPOS.COM - Pedagang bunga tabur bernama Suwanti menggelar daganggannya di teras Pasar Kranggan, Selasa (4/7/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Satu hal yang terbersit saat berbicara Pasar Kranggan adalah perdagangan bunga tabur

 

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Harianjogja.com, JOGJA-Satu hal yang terbersit saat berbicara Pasar Kranggan adalah perdagangan bunga tabur. Bagaimana tidak? Belasan pedagang bunga tabur berjajar memenuhi teras pasar bagian depan sehingga terlihat paling menonjol.

Para pedagang membuka bisnisnya sejak lama. Suwanti misalnya. Perempuan 52 tahun ini mulai berjualan sejak tahun 2005. Sebenarnya ia sudah ikut berjualan orang tuanya sejak kecil tetapi ia resmi membuka bisnis sendiri mulai tahun 2000, sesaat setelah ibunya meninggal dunia.

Perempuan asal Kututsari, Sengon, Prambanan, Klaten, ini rela menempuh jarak 50 kilometer setiap hari demi melanjutkan bisnis yang diturunkan orang tuanya. Ia ingin agar konsumen yang sudah lama menjadi pelanggannya tidak lari ke lain hati.

Setiap hari, Wanti menyediakan beragam bunga tabur, mulai dari mawar merah dan putih yang dijual mulai Rp25.000 sampai Rp50.000, bunga kantil Rp1.000 per biji, melati Rp100.000 per kg, keranjang seharga Rp10.000, sampai kain kafan seharga Rp20.000 per meter.

Ia mengatakan, pasca Lebaran kondisi penjualannya kembali sepi. Tidak seperti saat bulan ruwah (arwah) menjelang Ramadan kemarin. “Kalau ruwah sehari bisa jual sampai tujuh karung. Satu karung isi empat kilo. Kalau kayak gini paling hanya dua karung saja,” katanya pada Harianjogja.com, Selasa (4/7/2017).

Namun ia tetap bersyukur karena meski penjualannya sepi, dalam sehari, ia bisa menerima pendapatan bersih sedikitnya Rp50.000. “Bisa buat tambah-tambah beli kebutuhan,” ujarnya.

Setiap hari, Wanti membuka lapaknya mulai pukul 6.00-17.00 WIB. Namun, lapaknya tidak pernah tutup karena pada malam hari lapaknya digunakan salah satu saudara untuk berjualan bunga yang sama. “Dia [saudara] bawa barang sendiri tapi kadang juga jualin bunga saya,” tuturnya.

Bunga yang tidak laku bisa dikeringkan dan dijual di Pasar Beringharjo. Harga jualnya bisa melebihi Rp15.000 per kg. Namun ia beruntung karena tidak pernah mengalami itu. “Dagangan saya selalu habis,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya