SOLOPOS.COM - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X melihat Pasar Angkruksari, Desa Donortirto, Kretek, Jumat (31/3/2017). (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Pasar tradisional menghadapi tantangan teknologi

Harianjogja.com, BANTUL–Semakin maraknya penjualan berbasis online menjadi tantangan bagi para pedagang di pasar rakyat. Itulah sebabnya, baik Pemerintah Tingkat II maupun pengelola pasar seharusnya segera mencari solusi agar para pedagang tak kalah bersaing.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Hal itu disampaikan oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X seusai meresmikan Pasar Angkruksari, Desa Donortirto, Kretek, Jumat (31/3/2017). Ia mengatakan, sudah saatnya konsep pasar tradisional harus berubah.

“Kebersihannya, kerapiannya, melek teknologinya, sudah menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan,” katanya.

Ia menambahkan, penjualan berbasis online pun harus disikapi dengan bijak oleh pedagang pasar rakyat. Pasalnya, penjualan dengan metode seperti itu pun kini tak hanya merambah para pedagang saja, melainkan juga para pengepul, termasuk di Pasar Angkruksari.

Seperti diketahui, para pedagang di pasar rakyat, tak terkecuali di Pasar Angkruksari, banyak menjual barang-barang yang berasal dari pengepul, terlebih hasil-hasil pertanian. Itulah sebabnya, ia menyarankan kepada pengelola pasar untuk melakukan pendampingan dan pembinaan kepada para pedagang agar melek teknologi.

Terkait hal itu, Sekretaris Dinas Perdagangan Slamet Santosa mengakui, tahun ini pihaknya sudah menganggarkan sekitar Rp130 juta untuk pengadaan satu set komputer di 13 unit pasar. Beberapa di antaranya kini bahkan sudah mulai dipasangnya.

Komputer itu, kata Slamet, dimaksudkan sebagai langkah awal program Bantul Smartcity. Sebagai salah satu aspek penunjangnya, pasar rakyat memang ditargetkannya sudah dilengkapi jaringan, baik internet maupun intranet. Dengan begitu, ia berharap pedagang pasar nantinya pun bisa lebih melek teknologi.

“Kami berharap, pengelolaan pasar rakyat nantinya lebih modern. Pedagang pun bisa mendapatkan keuntungan dari perkembangan teknologi itu,” katanya.

Rencananya, pada 2018 mendatang, jaringan koneksi itu sudah terpasang di 13 pasar tersebut. Selain menghubungkan antar pasar, jaringan itu pun akan menghubungkan pasar-pasar tersebut dengan Pemkab Bantul. “Jadi kami bisa mengecek secara langsung apa yang terjadi di pasar,” ucapnya.

Sementara terkait Pasar Angkruksari sendiri, Slamet menuturkan, dari total kapasitas 703 pedagang, sampai sejauh ini sudah terisi sekitar 90%. Beberapa tempat kosong ada di sektor kios.

Dijelaskannya, dari total 46 unit kios, delapan di antaranya sudah terisi oleh pedagang pasar lama. Sedangkan sekitar 30 pedagang masih dalam proses administrasi lantaran saat di pasar lama, mereka menempati kios-kios swadaya.

“Nanti kami perkirakan ada 10 unit yang kosong. Sepuluh unit itulah yang nantinya akan kami sewakan untuk masyarakat umum sekitar pasar [Angkruksari],” terang Slamet.

Selain Pasar Angkruksari, imbuh Slamet, secara simbolis Gubernur DIY juga meresmikan tiga pasar lainnya. Ketiga pasar itu adalah Pasar Hewan Pandak, Pasar Ngipik Banguntapan, dan Pasar Pleret.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya