Jogja
Kamis, 23 Februari 2012 - 16:00 WIB

PASCAERUPSI MERAPI: Patok Tanah Hilang, Rawan Konflik

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gunung Merapi (DOK)

Gunung Merapi (DOK)

SLEMAN—Erupsi Merapi 2010 hingga kini masih menyisakan segudang masalah rawan konflik. Salah satunya terkait batas tanah hilang tertimbun material pasir.

Advertisement

Kepala Desa Argomulyo, Cangkringan, Sutrisno mengatakan, wilayah Dusun Bakalan semuanya sudah rata tertimbun pasir. Tidak terlihat lagi batas tanah warga satu dengan lainnya. Pohon yang sebelumnya digunakan sebagai penanda  pun sudah lenyap. Ia khawatir hal tersebut dapat memicu perselisihan warga. Pihak desa pun bekerja keras untuk menemukan kembali batas lahan.

“Tapi tidak mudah untuk menemukan kembali patok tanah milik warga. Makanya sempat ada yang ngotot. Sulit menemukan patok itu lagi karena timbunan pasir mencapai tiga meter apa mau dikeruk untuk menemukan patoknya kan tidak mungkin,” ujarnya seusai mengukur tanah milik warga Bakalan, Kamis (23/2).

Adapun solusi lainnya adalah dengan peta satelit dan peta yang masih ada di kantor desa. Menurut Sutrisno, penanda utama yang masih tersisa saat ini adalah tugu dusun. “Tugu dusun Bakalan yang masih berdiri, ini bisa jadi patokan untuk menarik meteran tanah warga,” jelasnya. (Harian Jogja/Akhirul Anwar)

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci : BATAS TANAH Lahan Merapi
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif