Jogja
Rabu, 12 November 2014 - 12:20 WIB

PASIR BESI KULONPROGO : Luas Lahan Pabrik Menyusut, Durasi Penambangan Bisa Sampai 40 Tahun

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu warga Desa Karangwuni menandatangani perjanjian penyerahan lahan di Balai Desa Karangwuni, Rabu (23/10/2013). (JIBI/Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Harianjogja.com, KULONPROGO—Luas lahan pabrik pengolahan pasir besi (pig iron) di Desa Karangwuni, Kecamatan Wates menyusut dari 225 hektare menjadi 50 hektare.

Hal ini berdampak pada penambahan waktu operasional penambangan pasir besi di pesisir selatan, dari perkiraan semula 20 tahun menjadi sekitar 30 sampai 40 tahun.

Advertisement

Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Community Development PT Jogja Magasa Iron (JMI) Heru Priyono menuturkan JMI berkomitmen penuh untuk mempercepat pembangunan pabrik pig iron sehingga salah satu langkah yang diambil adalah menyesuaikan pabrik dengan pembangunan bandara baru.

“Dari hasil penyesuaian lahan yang aman dan diperbolehkan pemerintah untuk pembangunan pabrik hanya seluas 50 hektare,” ujarnya di sela-sela sosialisasi perubahan rencana pembangunan pabrik dan pemagaran lokasi pabrik pig iron di Rumah Kepala Dusun Kebonan, Karangwuni, Wates, Selasa (11/11/2014).

Kendati demikian ia menegaskan perubahan yang dilakukan oleh PT JMI dalam mendirikan pabrik merupakan bagian dari pembangunan bertahap, sehingga sekalipun luas lahan pabrik menyusut namun produksi akan mengalami peningkatan berkala.

Advertisement

“Produksi semula ditargetkan satu juta ton per tahun, namun untuk awal diturunkan menjadi 340.000 ton per tahun,” urainya.

Konsekuensi lain dari penyusutan luas lahan dan penurunan target produksi, sebutnya, waktu operasional proyek ini menjadi lebih lama dan bertambah dua kali lipat dari waktu semula, yakni dari 20 tahun bisa menjadi 40 tahun.

Diungkapkannya, persoalan dengan pembangunan bandara di Kulonprogo membuat PT JMI harus menyesuaikan lokasi dan gambar rancangan pabrik. Hal itu memakan waktu lama yang juga berdampak pada peletakan batu pertama pabrik tak kunjung dilakukan.

Advertisement

“Seharusnya peletakan batu pertama pada akhir 2013, tetapi sampai sekarang masih menunggu hasil penyesuaian disetujui,” imbuhnya.

Terkait sisa lahan yang dimiliki, kata Heru, PT JMI akan membuat integrated farming atau pertanian yang terintegrasi dengan peternakan dan perikanan.

Harapannya, lahan tersebut dapat menjadi kajian penelitian yang diakses banyak orang untuk mengetahui dampak penambangan terhadap pertanian.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif