SOLOPOS.COM - Uskup Agung Semarang Robertus Rubiyatmoko Pr saat pelaksanaan Misa Paskah di Kapel Santo Aloysius Gesikan, Ngrenak, Sidomoyo, Kecamatan Godean, Jumat (14/4/2017). (Abdul Hamied Razak/JIBI/Harian Jogja)

Paskah 2017 menjadi salah satu potret keruknan beragama di Gesikan Godean Sleman

Harianjogja.com, SLEMAN– Pelaksanaan Misa Paskah di Kapel Santo Aloysius Gesikan, Ngrenak, Sidomoyo, Kecamatan Godean berlangsung khidmah nan istimewa. Pasalnya, pelaksanaan Misa Paskah Kamis Putih pada Jumat (14/4/2017) di lokasi tersebut dihadiri langsung oleh Uskup Agung Semarang Robertus Rubiyatmoko Pr.

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Pelaksanaan misa dihadiri lebih dari 500 jamaat. Selain jamaat Kapel tersebut, sebagian lainnya berasal dari jamaat kapel atau gereja lainnya yang hendak bertemu langsung dengan Uskup Agung. Satu jam sebelum kegiatan digelar, ratusan jamaat memadati ruang Kapel. Bahkan, tidak sedikit yang rela duduk di bawah deretan tenda.

Meski diselingi hujan lebat beberapa menit, pelaksanaan misa berjalan lancar. Sejumlah petugas kepolisian dan organisasi masyarakat ikut andil mengamankan jalannya kegiatan.

“Ini merupakan hari istimewa. Kami akan menunggu berpuluh-puluh tahun lagi untuk melaksanakan misa paskah pada Kamis Putih bersama Uskup Agung,” kata Ketua Panitia Pelaksana Misa Paskah Kapel Santo Aloysius Gesikan Sukijo, di sela-sela kegiatan.

Dia mengatakan, mengorbankan diri untuk kebersamaan menjadi tema pelaksanaan misa kali ini. Baginya, pesan moral tersebut mengajarkan pentingnya kerukunan umat beragama tidak hanya pada internal jamaat, tetapi juga ke eksternal (masyarakat). Baginya, gereja garus hadir di tengah-tengah masyarakat.

“Tidak membedakan apapun keyakinannya. Jamaat diajarkan untuk saling membantu, saling menolong untuk sesama. Itu titik atau inti dari gereja,” katanya.

Kapel Santo Aloysius Gesikan, Ngrenak sendiri berdiri sejak 1998 silam. Pada 2001, Kapel tersebut sempat direnovasi. Keberadaannya dimanfaatkan oleh 400 jamaat. Menurut Sukijo, kehidupan keberagamaan masyarakat di dusun tersebut berlangsung damai dan aman.

Tidak jauh dari Kapel tersebut, atau sekitar 50 meter berdiri sebuah masjid. Saat adzan Ashar berkumandang, jamaat yang hadir pun tidak terganggu. Kegiatan doa terus dilakukan jamaat sampai selesai.

Sebenarnya di sini, kata Sukijo, aman. Meski begitu banyak sukarelawan yang mengamankan jalannya kegiatan, termasuk dari pihak kepolisian. Hal itu sesuai dengan SOP yang ada di kepolisian. Dia berharap umat harus berani menjadi pelopor perdamaian dan bukan pelopor kebencian.

“Di DIY kehidupan beragama aman, tidak ada gejolak apapun. Kalaupun ada yang berbeda, itu lumrah. Masalah muncul lebih dipengaruhi masalah politik,” papar Sukijo.

Sementara itu, Uskup Agung Semarang Robertus Rubiyatmoko Pr berpesan agar umat tetap mampu menjalankan kehidupan sesuai ajaran Kristus. Menurutnya, ajaran Kristus harus menjadi tauladan bagi ummat. “Meskipun tuduhan-tuduhan yang dituduhkan kepada Kristus tidak mendasar, dicari-cari, tetapi ia tidak memberontak, diam, sampai disalib,” kata Uskup.

Peristiwa pensalipan Kristus, katanya, bukan sebuah kehancuran. Tetapi merupakan kemenangan Kristus yang diajarkan kepada ummat. Kristus bahkan berani mengorbankan hidupnya demi mengajarkan kebaikan-kebaikan kepada umat.

“Saya juga mengajak umat untuk mencari dan menyelamatkan sebagaimana diajarkan oleh Kristus,” ucapnya.

Di akhir khutbahnya, Rubiyatmoko meminta doa dari umat sebelum pentahbisannya dilakukan pada 19 Mei mendatang di Semarang. “Saya mohon doa agar selalu rendah hati, dan terus memiliki semangat untuk melayani,” pintanya.

Di penghujung kegiatan, Uskup memberi kesempatan bagi jamaat yang hadir untuk berjabatan tangan dengannya bahkan berfoto bersama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya