SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

GUNUNGKIDUL—Megaproyek Bribin II di Sindon, Dadapayu Semanu, Gunungkidul yang belum selesai membuat Pemkab Gunungkidul melalui PDAM Tirta Handayani masih enggan menerima hasil proyek tersebut. Meski demikian, PDAM ternyata sudah menjual air tersebut melalui distribusi bagi sekitar 3.000 pelanggannya dengan harga Rp5.000 setiap meter kubiknya.

Promosi Mali, Sang Juara Tanpa Mahkota

Direktur PDAM Gunungkidul, Cipto Muljono kepada Harian Jogja mengatakan, pendistribusian air dari Bribin II sudah dilakukan sejak lima bulan yang lalu kepada pelanggan yang berada di kawasan selatan Gunungkidul seperti Tanjungsari, Semanu dan Rongkop. Hal itu dilakukan mengingat air untuk keperluan rumah tangga sangat dibutuhkan warga sehingga distribusi air Bribin II terpaksa dilakukan meski pihaknya belum menerima secara resmi hasil pengangkatan air bawah tanah sedalam 105 meter itu.

Warga juga sudah dikenakan biaya untuk menutup biaya listrik yang dikeluarkan PDAM. Setiap bulannya untuk wilayah Gunungkidul, aliran listrik PDAM menelan biaya sekitar Rp900 juta.

Cipto menegaskan, pihaknya tidak akan melakukan serah terima proyek Bribin II sebelum secara keseluruhan komponen pengangkatan air bawah tanah melalui lima mikrohidro berjalan lancar. Saat ini kelima mikrohidro belum bisa diperasikan secara bersamaan. Padahal untuk bisa mencapai lokasi penampungan paling atas guna menghasilkan distribusi maksimal, seharusnya kelima mikorhidro beroperasi secara bersamaan.

“Untuk saat ini baru dua mikrohidro yang bisa dioperasikan secara bersamaan. Kami tidak menerima sebelum semuanya selesai,” terangnya, Rabu (21/12).

Cipto menambahkan Bribin II direncanakan akan diinterkoneksikan dengan sejumlah sumber mata ari PDAM lainnya seperti Seropan, Bribin II Ngeposari Semanu, Baron serta Ngobaran. Sistem interkoneksi, kata Cipto, bertujuan untuk saling mengisi antar penampungan yang membutuhkan aliran air.

Mediator tim Jerman dan Gunungkidul untuk proyek Bribin, Solichin menyatakan, proyek yang digarap bersama Karlsruhe Institute Technology (KIT) Jerman itu saat ini masih dalam  tahap penyempurnaan.(Harian Jogja/Sunartono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya