SOLOPOS.COM - Proses evakuasi korban tertimpa longsor di lokasi penambangan di wilayah Gunungsari, Sambirejo, Prambanan, Sleman, Minggu (8/10/2017). (IST/Dok BPBD Sleman)

Puluhan penambang galian C sudah ikut program perlindungan.

Harianjogja.com, SLEMAN–Dari sekitar 500 orang penambang galian C di sekitar Sungai Krasak, baru 80 orang di antaranya yang sudah terjamin program perlindungan ketenagakerjaan. Mereka berasal dari profesi berbeda-beda, mulai penambang, sopir, operator bego, tukang parkir, hingga petugas jasa keamanan lokasi penambangan.

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

Kepala Bidang Pemasaran Bukan Penerima Upah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS_ Ketenagakerjaan Cabang Jogja, Farah Diana mengatakan, puluhan penambang yang mendaftarkan diri dalam program BPJS Ketenagakerjaan itu dipicu oleh tanah longsor yang terjadi di kawasan penambangan pasir di Srumbung, Magelang beberapa waktu lalu.

Meski begitu, ia tak menampik masih banyaknya penambang yang belum tertanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan, baik itu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) maupun Jaminan Kematian (JKM). “Dari sekitar 500 penambang yang berpotensi bisa kami tanggung, baru 80 orang yang sudah mengikuti program ini [BPJS Ketenagakerjaan],” katanya, Senin (25/12/2017).

Adapun iuran, dia mengatakan, masing-masing penambang diharuskan membayar premi sebesar Rp16.800 per bulan. Menurutnya, nominal itu tidak terlalu memberatkan penambang.

Itulah sebabnya, pihaknya akan terus menyadarkan para pekerja, khususnya yang tergolong pada tenaga kerja bukan penerima upah (BPU) di wilayah DIY. Pasalnya, selain belum banyak yang mengetahui program perlindungan ketenagakerjaan, risiko kecelakaan kerja yang mereka hadapi pun cukup tinggi. “Kasus di Srumbung itu perlu dijadikan pelajaran. Dari delapan orang yang meninggal, hanya dua orang yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan,” jelasnya.

Hingga kini, ia menjelaskan sebanyak 32.120 peserta BPU mendaftar program perlindungan ketenagakerjaan. Jumlah tersebut diklaim naik hingga 120% dibandingkan tahun lalu. “Target tahun ini sebenarnya hanya 25.000 saja, kami sudah melebihi target. Ke depan kami masih menyasar pelaku BPU di pasar-pasar seperti buruh gendong,” katanya.

Pemberian kartu keanggotaan kepada para penambang itu dilaksanakan bersamaan dengan hari lahir kedua Gerakan Pemuda Kabah (GPK) Ashaabul Kahfi di Balai Desa Margorejo, Tempel. Selain itu, ratusan anggota organisasi tersebut juga menggelar aksi donor darah.

Koordinator GPK Ashaabul Kahfi Tempel Sigit Aryo mengatakan, kepesertaan mereka dalam program perlindungan ketenagakerjaan selain untuk melindungi keselamatan saat bekerja juga untuk menghilangkan image negatif bagi anggota GPK selama ini. “Kami gelar bakti sosial donor darah untuk berbagi dengan sesama. Ini pertama kali yang dilakukan,” katanya.

Menurutnya, aktivitas di area penambang pasir penuh dengan resiko kecelakaan kerja. Dengan program perlindungan ketenagakerjaan, diharapkan para penambang tidak waswas lagi saat bekerja. “Untuk itu juga, dalam waktu dekat kami akan melakukan penanaman pohon di sepanjang sungai Krasak agar sungai tidak mudah rusak,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya