SOLOPOS.COM - Pemecah ombak di kawasan pelabuhan Tanjung Adikarto yang banyak dikunjungi wisatawan Pantai Glagah (JIBI/Harianjogja.com/Holy Kartika N.S)

Pelabuhan Tanjung Adikarto beroperasi nelayan siap operasikan kapal besar

Harianjogja.com, KULONPROGO – Sebagian besar nelayan di Pantai Bugel, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta mendapat pelatihan pengoperasionalan kapal di atas 10 groston (GT). Kesiapan ini untuk menghadapi pelabuhan Tanjung Adikarto yang sedianya beroperasi pada 2016.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Nelayan Bugel yang sebagian besar petani sudah mengikuti berbagai pelatihan pengoperasian kapal besar di atas 10 grooston (GT),” kata Ketua Kelompok Nelayan Sub Bugel Peni II Warto di Kulonprogo, Minggu (16/8/2015).

Selain itu, kata Warto, Nelayan Bugel juga mendapat bantuan Kapal Inka Mina yang beratnya 30 GT. Kapal tersebut dititipkan di Pelabuhan Sadeng, Kabupaten Gunung Kidul. Kapal-kapal besar milik nelayan Kulon Progo tidak bisa mendarat selama Pelabuhan Tanjung Adikarto belum beroperasi.

“Kapal-kapal besar milik nelayan dititipkan di daerah lain yakni Pelabuhan Sadeng, Pacitan dan Cilacap. Kapalnya ada yang dikerjasamakan, ada yang tidak dioperasikan,” katanya.

Ia berharap saat Pelabuhan Tanjung Adikarto beroperasi, nelayan mendapat bantuan atau pinjaman untuk biaya operasional sebesar Rp25 juta. Sekali beroperasi, kapal besar melaut selama dua hingga tiga minggu yang membutuhkan biaya besar.

“Kendala utama mengoperasikan kapal besar yakni biaya operasional. Nelayan tidak memiliki modal untuk melaut,” katanya.

Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKPP Kulon Progo Prabowo Sugondo mengakui banyak nelayan Kulon Progo beralih ke budi daya tambak udang dibandingkan melaut. Hal ini dikarenakan budi daya tambak udang untungnya lebih besar.

“Memang sebagaian nelayan beralih ke budi daya udang. Kami tidak bisa berbuat banyak atas ini,” katanya.

Menurut dia, kendala utama pemberdaan nelayan Kulon Progo yakni kebudayaan agraris yang masih dibawa. Seperti diketahui nelayan Kulon Progo merupakan nelayan peralihan dari petani.

“Kami terkendala budaya masyarakat nelayan. Mereka belum nelayan “minded” karena masih nelayan “samben” karena peralihan dari agraria menuju maritim,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya