Jogja
Senin, 17 Agustus 2015 - 07:20 WIB

PELABUHAN TANJUNG ADIKARTA : Dapat Pelatihan, Nelayan Siap Operasionalkan Kapal Besar

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemecah ombak di kawasan pelabuhan Tanjung Adikarto yang banyak dikunjungi wisatawan Pantai Glagah (JIBI/Harianjogja.com/Holy Kartika N.S)

Pelabuhan Tanjung Adikarto beroperasi nelayan siap operasikan kapal besar

Harianjogja.com, KULONPROGO – Sebagian besar nelayan di Pantai Bugel, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta mendapat pelatihan pengoperasionalan kapal di atas 10 groston (GT). Kesiapan ini untuk menghadapi pelabuhan Tanjung Adikarto yang sedianya beroperasi pada 2016.

Advertisement

“Nelayan Bugel yang sebagian besar petani sudah mengikuti berbagai pelatihan pengoperasian kapal besar di atas 10 grooston (GT),” kata Ketua Kelompok Nelayan Sub Bugel Peni II Warto di Kulonprogo, Minggu (16/8/2015).

Selain itu, kata Warto, Nelayan Bugel juga mendapat bantuan Kapal Inka Mina yang beratnya 30 GT. Kapal tersebut dititipkan di Pelabuhan Sadeng, Kabupaten Gunung Kidul. Kapal-kapal besar milik nelayan Kulon Progo tidak bisa mendarat selama Pelabuhan Tanjung Adikarto belum beroperasi.

“Kapal-kapal besar milik nelayan dititipkan di daerah lain yakni Pelabuhan Sadeng, Pacitan dan Cilacap. Kapalnya ada yang dikerjasamakan, ada yang tidak dioperasikan,” katanya.

Advertisement

Ia berharap saat Pelabuhan Tanjung Adikarto beroperasi, nelayan mendapat bantuan atau pinjaman untuk biaya operasional sebesar Rp25 juta. Sekali beroperasi, kapal besar melaut selama dua hingga tiga minggu yang membutuhkan biaya besar.

“Kendala utama mengoperasikan kapal besar yakni biaya operasional. Nelayan tidak memiliki modal untuk melaut,” katanya.

Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKPP Kulon Progo Prabowo Sugondo mengakui banyak nelayan Kulon Progo beralih ke budi daya tambak udang dibandingkan melaut. Hal ini dikarenakan budi daya tambak udang untungnya lebih besar.

Advertisement

“Memang sebagaian nelayan beralih ke budi daya udang. Kami tidak bisa berbuat banyak atas ini,” katanya.

Menurut dia, kendala utama pemberdaan nelayan Kulon Progo yakni kebudayaan agraris yang masih dibawa. Seperti diketahui nelayan Kulon Progo merupakan nelayan peralihan dari petani.

“Kami terkendala budaya masyarakat nelayan. Mereka belum nelayan “minded” karena masih nelayan “samben” karena peralihan dari agraria menuju maritim,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif