Jogja
Senin, 11 November 2013 - 18:55 WIB

Pelajar Sekolah Pinggiran Juara Tingkat Nasional

Redaksi Solopos.com  /  Wisnu Wardhana  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Proses pembuatan film Ditunda Minggu Depan yang dilakukan pelajar SMK Muhammadiyah Semin (Dokumentasi sekolah)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Semrawutnya penyelenggaraan Ujian Akhir Nasional (UAN) tingkat SMA/SMK beberapa waktu lalu menginspirasi lima pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah Semin untuk membuat film independen atau film indie. Film tentang perjuangan seorang kakak bernama Anom yang rela bekerja keras untuk membiayai sekolah adiknya bernama Welas sehingga bisa mengikuti UAN ini akhirnya berhasil meraih Juara II Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013.

Minggu (10/11/2013) malam lalu karya film mereka terpilih menjadi juara II tingkat nasional yang digelar di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Film berjudul Ditunda Minggu Depan (DMD) itu juga sebelumnya, menyabet Piala Gubernur DIY Kategori Pelajar dalam Festival Film Indie, Pekan Film Yogyakarta.

Advertisement

Juni lalu, film indie berjudul Angkringan Samin karya pelajar SMK Muhammadiyah Semin ini juga meraih Juara II lomba film di tingkat DIY High School Enterpreneur Movie Competition yang digelar oleh Akademi Broadcasting Jogja. “Kemenangan ini kami persembahkan untuk sekolah,” ucap Candra Adtya selaku sutradara film DMD, Senin (11/11/2013).

Menurut Candra, pembuatan film tersebut tidak hanya bertiga namun berlima, yaitu Edy Wibowo, Tyas Purwaningsih, Nanang Sulistiyawan, Rahmat Setiawan dan dia sendiri. Sebenarnya, kata Candra, dirinya tidak berambisi untuk menang. Mereka hanya menyalurkan hobi yang sama, kemudian ingin mempersembahkan yang terbaik untuk sekolah, guru dan keluarga mereka.

Membutuhkan waktu 10 hari menggarap film DMD. Setting tempat film berdurasi 15 menit 6 detik tersebut hanya seputar sekolah, Pasar Semin dan pemukiman yang tak jauh dari sekolah. tak jarang mereka harus lembur selepas sekolah untuk mensukseskan film tersebut. “Terpaksa harus lembur sampai malam, tapi kami asyik mengerjakannya,” kata Candra.

Advertisement

Proses editing film juga tidak membutuhkan fasilitas yang mewah. Dikerjakan hanya di ruangan lorong bawah tangga yang berukuran sekitar 2×2 meter. “Ini juga yang menjadi sedikit kendala saat pengambilan gambar, kameranya cuma satu,” ujar Edy, kameramen.

Tyas Purwaningsih, penulis naskah menambahkan, ide DMD bermula dari kesemrawutan UAN saat itu. Dalam pemberitaan di media massa, UAN kala itu, kata Tyas, menjadi perbincangan yang heboh bahkan di beberapa wilayah sempat ada penundaan UAN. Di lain sisi ada siswa yang tak mampu membayar administrasi UAN karena persoalan biaya. Akhirnya muncul ide membuat film ini.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif