SOLOPOS.COM - Sejumlah pemandu saat mengatur wisatawan yang akan menyusuri Gua Pindul, Sabtu (2/1/2016). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Pelaku wisata jangan hanya pandai berbahasa, tetapi juga menolong jika ada kecelakaan

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Pelaku wisata, terutama pemandu wisata di Kabupaten Gunungkidul didesak untuk mampu meningkatkan etika dalam melayani wisatawan.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

Kepala Bidang Pelatihan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Farid menjelaskan bahwa para pelaku wisata merupakan para profesional di bidang pariwisata.

Hanya saja mereka masih harus meningkatkan kemampuan dasar di antaranya cara berhadapan dengan wisatawan, kemampuan berbahasa, hingga kemampuan pertolongan pertama pada kecelakaan. Hal ini diharapkan agar ketika wisatawan datang ke Indonesia, mereka tidak kapok dan mau kembali lagi.

“Sekarang [penguasaan kompetensi dasar] masih jauh dari kurang. Sejumlah kompetensi dasar sebagai seorang pemandu wisata sangat perlu dikuasai, karena kalau misalnya sedang membawa wisawatan berkeliling, lalu ada kecelakaan, kalau pemandu tidak paham kan hanya bengong, kalau paham maka dia tahu apa yang harus ia lakukan,” terangnya, Jumat (22/1/2016), di Bangsal Sewoko Projo.

Di samping itu ia juga mengharapkan para pemandu wisata mulai menyadari pentingnya sertifikasi pemandu. Mengingat, saat ini pasar pariwisata juga berhadapan dengan mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

“Sertifikasi sebagai bentuk upaya meningkatkan daya saing dengan pemandu wisata yang berasal dari luar negeri,” tuturnya dalam Pelatihan dan Pengembangan SDM Kepariwisataan.

Di sisi lain, Farid juga menyampaikan pentingnya inovasi dan kemandirian pelaku wisata. Di mana, ada sejumlah elemen yang terlibat di dunia pariwisata, antara lain pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, komunitas, masyarakat, pelaku pariwisata, hingga media massa.

“Elemen-elemen ini perlu bersinergi dalam mengelola kepariwisataan, jangan melulu mengandalkan pemerintah, minimal saling mendukung. Di Gunungkidul misalnya, saya lihat Gunungkidul menjadi unggulan Daerah Istimewa Yogyakarta, jadi inovasi harus terus dilakukan oleh si pelaku wisata,” jelasnya.

Apabila sinergi tersebut tidak ada, lanjutnya, maka bukan tidak mungkin pariwisata Indonesia kalah oleh negara lain.

Pemandu wisata sendiri membenarkan, bahwa kurangnya kemampuan etika dasar juga menjadi salah satu kendala mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya