SOLOPOS.COM - Berlatih melukis (HARIAN JOGJA/DINDA LEO LISTY)

Berlatih melukis batik (HARIAN JOGJA/DINDA LEO LISTY)

Meski kedua kakinya lumpuh akibat tertimpa atap rumah saat gempa 2006 silam, bukan berarti Rozali, 35, bisa bebas dari tanggungjawab sebagai seorang suami maupun ayah dari satu anak semata wayangnya.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

“Kadang hanya bisa menangis dalam hati ketika anak merengek minta jajan,” kata pria asal Jogroho, Sabdodadi, Bantul itu kepada Harian Jogja di sela-sela pelatihan melukis batik bagi difabel korban gempa Bantul di Dusun Busuran, Donotirto, Kretek, Minggu (19/2) lalu.

Selama hampir enam tahun, mantan tukang kayu serabutan itu hanya menghabiskan waktu di atas kursi roda. Adapun untuk mencukupi kebutuhan keluarga, istrinya, Sri Yuliati, 30, harus banting tulang jadi buruh di sebuah pabrik pakaian dalam di Jogja.

Rozali mengenangkan, saat gemuruh dasyat membangunkan tidurnya pada 27 Mei 2006 sekitar pukul 06.00 WIB, yang terlintas di benaknya hanyalah menyelamatkan Yoffa Adiassalam, anak laki-lakinya yang waktu itu baru berusia dua tahun.

“Kalau tidak saya dekap, mungkin dia yang tertimpa reruntuhan blandar [kuda-kuda] atap rumah,” kenang Rozali. Suaranya bergetar saat menuturkan peristiwa pahit itu. Demikian pula tangan kanannya, gemetar saat pertama kali menorehkan canting berisi malam panas di atas selembar kain putih.

Meski sempat ragu saat menerima undangan pelatihan melukis batik yang diselenggarakan Forum Komunikasi Realino (Forsino) Jogja, Rozali tetap memutuskan berangkat. Berbekal semangat untuk kembali bangkit menata masa depan, dia melaju ke rumah Sa’if Buldani, 46, warga Dusun Busuran dengan sepeda motornya yang dirancang khusus.

“Membatik bukan hanya untuk kaum perempuan. Laki-laki juga harus bisa,” mantap Rozali. Kesuksesan Sa’if Buldani, yang juga difabel korban gempa 2006, sebagai pengusaha batik jadi motivasi Rozali.

Gianti, 30, instruktur batik dari Sanggar Peni, Krebet, Sendangsari, Pajangan menerangkan, pelatihan melukis batik yang berlangsung sejak Sabtu (18/2) itu diikuti 10 warga difabel dan 5 pengangguran asal Bantul. “Dua hari ini hanya untuk pengenalan dasar membatik. Akan ada pelatihan susulan sampai semuanya mahir,” jelas dia.

Menurut Ketua Forsino Jogja, Agung Sugihandono, selain memberikan keterampilan seputar batik, pihaknya juga akan memberikan bantuan modal bagi para peserta yang berniat melanjutkan ke jenjang lebih serius. “Kami akan membantu modal usaha bagi mereka yang kelak sudah mahir membatik,” singkat dia.(Wartawan Harian Jogja/Dinda Leo Listy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya