SOLOPOS.COM - Berbagai produk strap kamera yang didisplay di stan Honx dalam Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) ke 28 di Taman Kuliner, Condongcatur, Sleman. (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Peluang usaha berikut mengenai aksesoris kamera.

Harianjogja.com, SLEMAN — Hobi fotografi semakin digandrungi banyak orang, termasuk Irwan Aditya. Berawal dari kesukaan terhadap fotografi terpikir ide untuk membuat bisnis aksesoris kamera, yakni strap atau tali kamera dengan nama brand Honx.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Usaha ini dimulainya akhir tahun 2010 silam, ketika dirinya masih berstatus sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya (UAJ) Yogyakarta. Selama ini, strap kamera terlihat sangat biasa, karena hanya merupakan bawaan dari kamera.

“Ide awalnya, karena mungkin bosan dengan strap bawaan kamera yang hanya bertuliskan merek kamera itu sendiri. Kebetulan juga senang musik, lalu timbul ide dari melihat model strap gitar,” ujar Irwan saat ditemui Harianjogja.com di Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) di Taman Kuliner, Condongcatur, Sleman, Senin (5/9/2016).

Tidak seperti strap kebanyakan, Irwan menampilkan strap buatannya dengan berbagai motif unik. Hal itu terinspirasi dari strap gitar sejumlah gitaris dunia, salah satunya Jimi Hendrix. Strap kamera yang diproduksinya cenderung lebih lebar dari strap kamera kebanyakan. Ukurannya sekitar empat sampai lima sentimeter. Menurut Irwan, strap yang lebih lebar sangat mudah untuk diaplikasikan berbagai motif.

“Kalau strap biasa ukurannya hanya sekitar tiga sentimeter. Kalau lebih lebar, motif yang diaplikasikan pada strap tersebut jadi lebih kelihatan,” imbuh Irwan.

Kali pertama merintis usaha ini, Irwan mulai mengenalkan 30 pieces strap. Bermodalkan tabungan hasil kerja sampingan sebagai fotografer kala itu, yakni sebesar Rp1,5 juta, Irwan membelikan sejumlah bahan baku, membuat logo hingga biaya pembuatan strap. Promosi dilakukan melalui media online, di mana saat itu masih begitu populer Facebook dan Kaskus.

Tak hanya lewat media online, Irwan juga menjual strap kamera buatannya kepada sejumlah rekan sesama fotografer. Diakui Irwan, saat itu penjual strap kamera tidak hanya dirinya. Sejumlah produk strap kamera sudah mulai mengambil pasar para penggiat fotografi.

“Tapi saat itu kebanyakan produk strap kamera yang bermunculan materialnya menggunakan kulit asli. Tapi saya memilih untuk menggunakan kulit sintetis. Jadi berbeda dengan produk strap kebanyakan. Pertama kali saya jual strap kameranya dengan harga Rp75.000,” ungkap Irwan.

Strap kamera berbahan baku kulit sintetis menurut Irwan tak hanya lebih terjangkau. Tetapi secara tekstur juga lebih mudah dibentuk, bahkan ketika diaplikasikan warna jauh lebih variatif. Selain itu, dari pemilihan bahan yang berbeda dengan kebanyakan pemain usaha strap kamera lainnya, upaya tersebut menjadi cara Irwan untuk menyiasati persaingan pasar.

Meski demikian, di awal usahanya tak semua produk yang dijualnya langsung laris manis. Sebulan, kata Irwan, hanya laku empat sampai lima pieces. Namun, dia tidak terlalu ambil pusing dan tetap menjalankan usahanya dengan santai.

“Karena waktu itu juga masih kuliah dan motret. Jadi [usaha strap] hanya untuk sampingan saja,” papar Irwan.

Honx Rambah Tas Kamera

Lancar dengan usaha strap kamera, Irwan terpikir untuk mengembangkan produk yang lain. Masih mengusung produk untuk kamera, dua tahun setelah merintis strap kamera, Irwan mulai merambah tas. Tas kamera dengan desain minimalis mulai dirintisnya secara bertahap.

Awal pengembangan produk tas kamera juga tidaklah mudah. Irwan mengaku belum menemukan penjahit yang sesuai dengan keinginannya. Seiring berjalannya waktu, beberapa penjahit kenalan akhirnya bisa membuatkan tas sesuai dengan desain yang diinginkannya.

“Baru dua tahun belakangan ini, saya sudah punya rumah produksi dan memproduksi sendiri tas dan strap kameranya,” ujar Irwan.

Meski telah memiliki rumah produksi, diakui Irwan, saat ini masih kewalahan dengan sumber daya penjahit. Pasalnya, pemesanan tas kamera cukup ramai, hingga terkadang sulit memenuhi pesanan. Rumah produksi yang berada di Jalan Ki Penjawi nomor 29, Rejowinangun, Jogja, baru memiliki delapan tenaga kerja.

“Dulu untuk tas, sempat dikerjakan sendiri, orang lain yang jahit. Kendala sampai saat ini hanya SDM penjahit saja, susah cari penjahit,” ungkap Irwan.

Dalam sebulan produk yang diproduksi Honx mencapai 600 pieces, terdiri dari 400 tas kamera dan 200 strap kamera. Kini produk tersebut tak hanya dijual di lapak Facebook dan Kaskus saja. Seiring populernya Instagram dan situs belanja online, pemasaran produk Honx semakin luas.

Diakui Irwan, pemasaran sampai saat ini masih fokus menyasar seluruh wilayah Indonesia. Pemasaran juga mulai merambah reseller dan sistem dropship (penjual yang mendapat pesanan akan meneruskan pesanan dan detail pengiriman barngnya ke distributor, suplier atau produsen). Honx kini telah memiliki reseller dan dropshipper di Jakarta, Bandung dan Semarang.

“Fokus pemasaran masih wilayah Indonesia saja. Ada dari luar negeri yang pesan, tapi karena ongkirnya lebih mahal dari barangnya, akhirnya enggak jadi. Sekarang juga tidak hanya online, tetapi juga sudah ada offline store-nya,” ungkap Irwan.

Soal harga, Irwan tetap menyasar pasar mahasiswa seperti awal dirinya membuka usahanya. Harga yang dipatok untuk setiap produknya juga masih disesuaikan dengan kantong mahasiswa. Untuk produk strap kamera dilego mulai Rp90.000 sampai Rp130.000. Sedangkan untuk tas kamera dilego mulai dari Rp200.000 sampai Rp380.000.

Dalam sebulan rata-rata produk yang terjual mencapai 300 pieces untuk tas dan 100 pieces untuk strap kamera. Omzet yang dikantonginya kini dalam sebulan bisa mencapai Rp50 jutaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya