SOLOPOS.COM - Bambang Yukrianto menunjukkan salahsatu ekor kelincinya yang belum laku terjual di Pasar Hewan Jangkang, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Rabu (8/6/2016). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Peluang usaha menjadi peternak kelinci terbuka di Sleman

Harianjogja.com, SLEMAN – Beternak Kelinci menjadi bisnis yang menggiurkan. Selain melayani kelinci hias, peternak juga dapat mengambil untung dari kelinci yang diolah sebagai bahan sate. Tetapi saat cuaca buruk terjadi, kerap menghantui peternak karena bisa menimbulkan kematian.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Salahsatu pembudidaya kelinci, Bambang Yukrianto menuturkan, bisnis jual beli hewan mamalia famili leporidae itu tergolong menggiurkan. Tak heran, jika dirinya enggan berpaling ke usaha lain sejak tahun 1999 ia memulai beternak kelinci.

Selain membudidayakan sendiri, Yukrianto juga kerap membeli dari peternak lain untuk kemudian kembali ia jual.

“Sebagian budidaya, ada juga yang membeli dari orang lain. Saya ada stok sekitar 50 ekor,” ungkapnya, saat ditemui di Pasar Hewan Jangkang, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Rabu (8/6/2016).

Kelinci yang ia budidayakan itu pun bermacam-macam. Mulai dari kelinci untuk klangenan dengan ciri fisik yang warna-warni hingga kelinci yang dipakai sebagai bahan olahan sate.

Kelinci tersebut ia jual dengan harga antara Rp150.000 hingga 350.000 per ekornya untuk jenis impor. Tetapi khusus kelinci lokal harga bisa mulai dari Rp80.000, dengan umur rata-rata antara delapan bulan hingga setahun.

Selain membudidayakan sendiri, Yukri juga menjual ternak itu sendiri dari satu pasar ke pasar lainnya, agar bisa langsung dibeli konsumen.

Menurutnya untuk wilayah Sleman permintaan kelinci tergolong tinggi. Karena peternak kelinci tidak sebanyak jenis hewan lainnya, seperti kambing, ayam, bebek.

Ia mencontohkan, permintaan kelinci sebagai bahan olahan sate hampir ada setiap hari, terutama sejumlah warung makan di kawasan lereng merapi.

“Permintaan Sleman tergolong tinggi, saat libur lebaran misalnya, untuk saya sendiri yang terjual untuk sembelihan itu bisa mencapai 150 ekor per harinya,” ungkapnya.

Budidaya kelinci, kata dia, tergolong mudah. Makanan bisa ia dapatkan dari hijauan. Namun kendala yang kerap menghantuinya adalah cuaca ekstrim, seperti kondisi cuaca hujan atau panas secara tiba-tiba.

Faktor yang mempengaruhinya sangat komplek, seperti masa kehamilan tidak bisa konsisten atau tepat waktu, terlalu mudah sakit-sakitan, dehidrasi, dan lain-lain. Seringkali angka kematian bisa mencapai 30% dari total kelinci yang dimilikinya sekitar 50 ekor.

“Kalau sudah cuaca ekstrim seperti sekarang ini perawatan harus ekstra. Kalau terlalu panas juga harus ekstra, karena kalau dehidrasi, bisa menyebabkan kematian,” terang warga Plaosan, Tlogoadi, Mlati, Sleman ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya