Jogja
Kamis, 24 Mei 2012 - 16:30 WIB

PEMAKAMAN KORBAN SUKHOI: Femi Pernah Berencana Bikin Wasiat

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Prosesi pemakaman jenazah Femi Adiningsih, Kamis (24/5) (JIBI/Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Prosesi pemakaman jenazah Femi Adiningsih, Kamis (24/5) (JIBI/Harian Jogja/Switzy Sabandar)

SLEMAN—Sekitar seribu orang mengiringi pemakaman Femi Adiningsih di Kembangarum, Donokerto, Turi, Sleman, Kamis (24/5) siang.

Advertisement

Sebelum mobil ambulans yang membawa jenazah Femi datang, area makam sudah dihadiri banyak pelayat, yang terdiri dari warga sekitar, rekan semasa kuliah di UAJY, dan para saudara serta kerabat lainnya.

Tepat pukul 12.30 WIB, mobil ambulan yang membawa jenazah Femi tiba di areal pemakaman dan prosesi pemakaman dilangsungkan tepat di sebelah pusara kedua orangtuanya.

Advertisement

Tepat pukul 12.30 WIB, mobil ambulan yang membawa jenazah Femi tiba di areal pemakaman dan prosesi pemakaman dilangsungkan tepat di sebelah pusara kedua orangtuanya.

Dalam sambutannya, Robertus Subandiyo, perwakilan keluarga Soempeno, meminta izin kepada warga sekitar untuk memakamkan Femi di dekat pusara orangtuanya, kendati ia tidak berdomisili di Donokerto, Turi.

“Semasa hidup Femi pernah berujar, ketika meninggal ingin dimakamkan di sebelah orangtuanya,” ujarnya.

Advertisement

Bagus Dwi Danto, teman seangkatan Femi semasa kuliah di FISIP UAJY mengungkapkan, keakrabannya dengan Femi terjalin semasa kuliah, mengingat mereka satu angkatan. Selepas kuliah dan Femi pindah ke Jakarta, relasi di antara keduanya tetap terjalin.

“Kalau lagi ke Jogja, Femi sering kontak saya dan pergi bersama,” ujarnya.

Danto mengenal Femi sebagai sosok yang menyenangkan, supel, dan suka bercanda. Ia mengatakan, Femi selalu melakukan semua hal sendiri karena ia dituntut keadaan untuk mandiri. Termasuk ketika ia harus sering naik pesawat bolak-balik Indonesia-Jerman.

Advertisement

Sembari bercanda, lanjutnya, sekitar lima tahun lalu, Femi mengatakan berkeinginan membuat wasiat jika sewaktu-waktu terjadi apa-apa dengannya agar orang yang ditinggali tidak kesusahan jika harus meneruskan hal-hal yang biasanya dilakukan oleh dia.

Ingatan tentang wasiat Femi, imbuh Danto, justru terbersit ketika kecelakaan pesawat Sukhoi SJ100 marak marak diberitakan.

“Tapi saya tidak tahu apakah Femi jadi buat wasiat atau tidak,” tutur laki-laki yang mengaku kontak terakhir dengan Femi dilakukan pada 2009 melalui telepon.

Advertisement

Femi adalah salah satu korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor pada 9 Mei lalu.(ali)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif