SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi (Dok/JIBI/Reuters)

Harianjogja.com, SLEMAN – Wacana pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi maupun kenaikan harga didasari dari kenaikan harga minyak mentah dunia. Jika BBM bersubsidi diteruskan, tahun berikutnya subsidi di Indonesia akan bengkak.

“Dengan tingginya harga minyak internasional, masyarakat juga perlu tahu bahwa kemampuan pemerintah untuk membeli juga terbatas,” kata pakar energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Deendarlianto, Jumat (29/8/2014).

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Ia mengatakan harga minyak dunia saat ini telah mencapai US$100 per barel atau setara dengan Rp8.400 per liter.

“Itu masih minyak bumi mentah, kalau sudah diolah, tentunya memerlukan tambahan paling tidak Rp2.000 per liter,” kata dia.

Dengan tingginya harga minyak internasional saat ini maka kemampuan pemerintah untuk membeli juga terbatas.

“Artinya, dengan subsidi Rp400 triliun yang dikeluarkan pemerintah, maka untuk memenuhi kuota BBM di 33 provinsi juga terbatas,” katanya.

Selain mengurangi subsidi, kata dia, pemerintah juga perlu mendorong pengoptimalan energi baru terbarukan sebagai energi alternatif.

“Misalnya energi baru terbarukan (EBT) yang dilandasi pemanfaatan tenaga surya, serta konvensi BBM ke bahan bakar gas (BBG),” kata dia.

Menurut dia, momentum keterbatasan BBM saat ini justru sebaiknya dapat menjadi kesempatan mengurangi subsidi BBM bagi masyarakat.

“Ini adalah momentum untuk mengurangi subsidi BBM, dan masyarakat pun dapat diarahkan menggunakan transportasi publik, dengan meningkatkan pelayanannya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya