SOLOPOS.COM - Pekerja memanen padi di areal persawahan Kelurahan Kaliancar, Selogiri, Wonogiri, akhir Maret 2017, (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Pemerintah Pusat terus menggenjot produksi padi

Harianjogja.com, JOGJA--Pemerintah Pusat terus menggenjot produksi padi, jagung dan kedelai agar cita-cita swasembada ketiga pangan tersebut bisa tercapai.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Swasembada ketiga pangan itu dibutuhkan sebagai salah satu syarat menuju kedaulatan pangan. Peningkatan kedaulatan pangan merupakan salah satu dari enam poin yang terdapat dalam Nawacita ketujuh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Kedaulatan pangan tercerminkan pada kekuatan mengatur masalah pangan secara mandiri. Untuk mencapai kedaulatan pangan perlu didukung dengan ketahanan pangan, yaitu kondisi dimana terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan.

Kepala Bidang Ketersediaan Pangan, Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Hasanuddin Rumra mengungkapkan pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti memberikan bantuan berupa pompa air dan monitoring secara berkala, mulai dari pembibitan hingga panen.

“Saat ini pemerintah sedang melakukan sistem penanaman setiap hari. Setiap kali panen. Lahan langsung diolah. Terus menerus. Jadi tiada hari tanpa penamanan. Dulu pemerintah tidak langsung memantau, tapi sekarang pemerintah wajib memonitoring setiap prosesnya. Tentu juga dengan didukung peningkatan sarana dan prasarana,” jelasnya ketika ditemui di Unversity Club, UGM, Minggu (3/9/2017).

Apa yang dilakukan Pemerintah Pusat, melalui Kementerian Pertanian, kata Hasanuddin Rumra saat ini sudah mulai membuahkan hasil. Hal tersebut terbukti dengan peningkatan produksi padi dan jagung.

Ia mengungkapkan, tahun 2015, produksi padi Indonesia sebesar 75,4 juta ton. Jumlah ini naik menjadi 79,1 juta ton ditahun berikutnya. Sementara jagung, sambungnya, juga mengalami kenaikan. Tahun 2015 produksi jagung sebanyak 19,6 juta ton, lalu meningkat jadi 23,2 juta ton di tahun 2016.

Jumlah impor kedua pangan tersebut juga mengalami penurunan. Tahun 2015 Indonesia mengimpor jagung sebanyak 3,22 juta ton. Jumlah ini turun menjadi 1,07 juta ton tahun 2016. Bahkan, lanjutnya, pada tahun 2016 Indonesia sama sekali tidak mengimpor beras. Malah sebaliknya, mengekspor sebanyak 2.506 ton.

“Beras sudah mencapai tahap ketahanan pangan secara nasional. Kalau jagung yang kami datangkan dari luar hanya untuk pakan ternak saja. Untuk konsumsi sudah mencukupi. Yang susah itu adalah kedelai, karena per satu hektar kita hanya bisa panen 2 ton saja,” jelas Hasanuddin Rumra.

Ia menambahkan untuk kedelai target swasembada dicanangkan terwujud pada tahun 2019. Sementara padi tahun 2016 dan jagung tahun 2017. Swasembada ketiga pangan tersebut, imbuhnya, merupakan salah satu sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2014-2019.

Namun ia mengatakan upaya untuk swasembada bukan tanpa halangan. Menurutnya ada beberapa masalah yang kerap menghambat seperti alih fungsi lahan, kurangnya sumber daya manusia, dan perubahan iklim.

“Rumah tangga petani 10 tahun terakhir menurun dari 31 juta menjadi 26 juta. Padahal pemerintah sudah berupaya meningkatkan kesejahteraan petani. Misalnya, harga gabah sudah diatas Rp3.000, dulu kan dibawahnya. Hanya saja anak muda memang sukanya yang cepat menghasilkan. Sementara pertanian membutuhkan waktu untuk panen,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya