Jogja
Rabu, 5 Maret 2014 - 15:54 WIB

PEMILU 2014 : Ada Caleg Bagi-Bagi Kain Batik untuk Warga Bantul

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi batik (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, BANTUL-Jelang Pemilu Legislatif (Pileg) aksi politik uang mulai merebak. Di Desa Wonolelo Kecamatan Pleret, salah satu Calon Legislatif (Caleg) DPRD Bantul diduga membagi-bagikan kain batik ke warga. Sebagai imbalannya, warga diminta mencoblos caleg tersebut pada 9 April mendatang.

Aksi bagi-bagi kain batik ditengarai terjadi di sejumlah Dusun di Desa Wonolelo Pleret. Di antaranya di Dusun Kedungrejo, Cegokan dan Dusun Bojong.

Advertisement

Sejumlah warga setempat yang ditemui Harianjogja.com, Selasa (4/3/2014) dengan polos mengakui mereka menerima sepotong kain batik dari caleg perempuan.

Kain batik tersebut sepanjang dua meter berbahan sifon, cukup untuk membuat satu potong baju.

Advertisement

Kain batik tersebut sepanjang dua meter berbahan sifon, cukup untuk membuat satu potong baju.

Sainem, warga Dusun Kedungrejo mengungkapkan, sekitar setengah bulan lalu, ratusan warga dusunnya khususnya perempuan menerima kain batik dari caleg.
Mereka adalah ibu-ibu yang tergabung dalam organisasi Dasa Wisma yang ada di tiap RT.

Mereka diminta menandatangani surat tanda terima telah menerima kain batik bantuan dari caleg daerah pemilihan (Dapil) Pleret, Dlingo dan Imogiri. Selain itu, mereka juga diminta untuk mencoblos caleg tersebut saat Pileg 9 April mendatang.

Advertisement

Pengurus kelompok itulah yang biasanya bertugas membagikan kain batik. “Semuanya pada dapat kain, tapi yang enggak mau ngambil juga ada. Habis itu dipesan suruh milih,” ungkap Sainem.

Udi Rejo warga lainnya juga mengungkapkan hal serupa. Ia menceritakan, isterinya menerima kain batik belum lama ini. “Cukup kalau untuk dibuat baju atasan,” tutur Udi Rejo.

Namun, Ketua RT. 03 Sarjiyati yang biasa mengurus bantuan untuk warga membantah bila ada bagi-bagi kain batik di kampungnya.

Advertisement

“Kalau kain batik enggak ada, kalau bantuan dari Provinsi untuk kelompok yang membuat emping melinjo ada, dua tahun yang lalu. Di sini enggak ada apa-apa,” kata Sarjiyati.

Salah seorang tokoh masyarakat desa setempat mengungkapan, tradisi sogok-menyogok jelang pemilu merebak di desanya mendekati hari H pemilihan. “Calegnya saja beberapa hari ini gencar datang, sudah tiga malam ini datang terus,” ujar sumber itu.

Warga, kata dia, sudah terbiasa menerima upeti dari caleg jelang Pemilu. Warga sudah paham, bila tanda tangan yang mereka bubuhkan sebagai tanda terima barang dimaksudkan untuk memilih caleg yang bersangkutan.
“Warga di sini itu, kalau sudah ada tanda tangan tanda terima itu maknanya ya memilih yang bersangkutan,” imbuhnya.

Advertisement

Menurut sumber itu, aksi politik uang dengan modus membagi-bagikan batik ke warga juga terjadi di Desa Wukirsari, Imogiri. Namun ia tidak dapat memastikan apakah juga dilakukan oleh caleg serupa atau tidak. “Daerah lain itu juga banyak, saya sering dengar cerita teman-teman,” tuturnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif