KULONPROGO: Rendahnya perhatian masyarakat terhadap Pondok Pesantren (ponpes) membuat sebagian besar ponpes yang ada di Kulonprogo tak berkembang.
Hal inilah yang menjadi latar belakang dari gencarnya pembinaan ponpes oleh Kementrian Agama Kulonprogo. Salah satunya adalah pembinaan yang digelar di Aula Ponpes Zahrotul Jannah Giripeni, Kecamatan Wates, hari ini (26/5).
Kepala Seksi Penamas dan Pekapontren Kementrian Agama Kulonprogo, Abdul Majid mengatakan, ponpes merupakan salah satu wadah yang sangat efektif untuk mengatasi permasalahan sosial, khususnya kemiskinan.
Betapa tidak, di Kulonprogo saja, dari 50 ponpes yang terdaftar secara resmi di Kantor Kemenag Kulonprogo, lebih dari 80% diantaranya tidak memungut biaya sepeserpun bagi para santrinya. ”Setidaknya biaya itu bisa dibicarakan ulang,” ujarnya.
Ia mencontohkan ponpes Nurul Haromain yang berada Desa Tuksano, Kecamatan Sentolo yang tidak memungut biaya sepeserpun dari 400 santrinya yang kebanyakan berasal dari keluarga kurang mampu. ”Bayangkan saja, sehari, untuk para santrinya, mereka menghabiskan beras lebih dari dua kwintal,” ungkapnya.
Sementara itu, salah seorang penyuluh Agama Islam Kemenag Kulonprogo, Muqoffa Mahyudin, menyayangkan jika pondok pesantren di Kulonprogo tidak bisa berkembang. ”Padahal ada dana tersendiri untuk mereka [ponpes],” akunya.
Pada 2011, jatah anggaran untuk ponpes di Kulonprogo sebesar Rp612 juta yang digunakan dalam upaya pembinaan dan monitoring ponpes.(Harian Jogja/Arief Junianto)