SOLOPOS.COM - Kakao (Ilustrasi/dok)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL – Potensi tanaman kakao dan kopi di Kabupaten Gunungkidul akan dikembangkan dengan menggunakan sentuhan teknologi modern. Saat ini Gunungkidul memiliki perkebunan kakao seluas 1.300 hektare dan kopi sekitar 100 hektare.

Upaya pengembangan potensi tanaman kakao dan kopi itu semakin terbuka setelah Pemkab Gunungkidul menjalin kerja sama dengan Institut Pertanian (Instiper) Stiper Yogyakarta.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (DPP) Gunungkidul, Rismiyadi, mengatakan pihaknya akan mengembangkan teknologi dalam budidaya tanaman kakao dan kopi. Pengembangan akan mengarah kepada upaya menghasilkan produk unggulan.

Dia menyebut di Gunungkidul tanaman kakao dibudidayakan lebih banyak di Kapanewon Patuk, Karangmojo, dan Ponjong. Sedangkan tanaman kopi ada di Kapanewon Ngawen dan Nglipar. Luas perkebunan kakao secara total mencapai 1.300 hektar dan kopi kurang lebih 100 hektare.

“Tanaman kopi untuk saat ini baru belajar berbuah. Pasarnya pun masih lokal,” kata Rismiyadi, Kamis (21/3/2023).

Rismiyadi menambahkan Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, telah menandatangani nota kesepahaman atau MoU dengan Rektor Instiper Stiper Yogyakarta, Harsawardhana di Instiper Yogyakarta pada Kamis (21/3/2024). MoU tersebut merupakan langkah awal kerja sama berikutnya. Secara umum Instiper Yogyakarta fokus pada tiga subsektor yaitu pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

“Selanjutnya, sebelum ada tindak lanjut. Perangkat daerah akan segera bertemu dengan pihak kampus untuk menandatangani perjanjian kerja sama,” katanya.

Melalui MoU tersebut, dia berharap ada sinergi antara Pemkab dengan perguruan tinggi sehingga masing-masing pihak dapat memperoleh keuntungan yang sama.

“Saya berharap Instiper dapat menerapkan hasil pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dalam mendukung pelaksanaan pembangunan Gunungkidu,” kata Bupati Gunungkidul, Sunaryanta.

Menurut dia, kerja sama tersebut dapat memberikan dampak yang positif dalam mengupayakan sektor pertanian di Bumi Handayani. Pensiunan TNI AD ini juga mengaku bahwa dalam satu tahun hanya ada 900 petani milenial yang semangat menekuni sektor pertanian. “Pertanian [di Gunungkidul] saat ini masih didominasi petani tradisional berumur 50 tahun ke atas,” katanya.

Rektor Institut Pertanian Stiper Yogyakarta, Harsawardhana menegaskan Instiper Stiper memiliki konsentrasi bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan. Hal ini sesuai dengan harapan Pemkab terhadap pengembangan tiga bidang tersebut di Gunungkidul.

“MoU ini akan memperkuat Pemkab Gunungkidul dari sisi pertanian dan peningkatan ekonomi dan mengembangkan Instiper dalam sisi akademi,” kata Harsawardhana.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Gunungkidul Fokus Mengembangkan Kakao dan Kopi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya