SOLOPOS.COM - Ilustrasi (pedulisehati.com)

Pemkab Gunungkidul berkomitmen bebaskan warga dari buta huruf.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul, dalam hal ini Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora), menganggarkan Rp7 miliar pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2016 untuk mengentaskan buta aksara di wilayah setempat.

Promosi Bukan Mission Impossible, Garuda!

Sekretaris Disdikpora Kabupaten Gunungkidul, Bahron Rosyid mengatakan bahwa pengentasan buta aksara menjadi salah satu tugas Pemkab yang hingga kini masih terus ditangani. Pada 2015, tercatat masih ada 15.000 jiwa penyandang buta aksara. Secara bertahap, dimulai 2016, Disdikpora menargetkan bisa mengentaskan sebanyak 8.000 hingga 10.000 penyandang buta aksara, dengan dana miliaran rupiah tadi.

Selama ini, sambungnya, program pengentasan buta aksara secara khusus ditangani di Sanggar Kegiatan Bersama dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

“Pada 2017, ditargetkan 100 persen warga Gunungkidul bebas buta aksara,” ujarnya, Senin (12/10/2015)

Bahron menjelaskan bahwa sasaran penyandang buta aksara berusia 12 tahun hingga 64 tahun, meski demikian yang dijumpai, mayoritas penyandang buta aksara berusia 40 tahun ke atas.

Dimintai tanggapannya atas upaya Disdikpora, Wakil Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gunungkidul, Heri Nugroho menyebut bahwa program pengentasan buta aksara merupakan program yang sudah sejak lama dimiliki Disdikpora. Bahkan angka yang disebutkan oleh Disdikpora, merupakan angka lama yang tidak mengalami perubahan, cenderung stagnan.

“Kami kurang memahami betul, program riil seperti apa yang dijalankan dalam upaya pengentasan buta aksara. Namun sebetulnya, sudah bukan saatnya lagi kita berbicara tentang buta aksara, melainkan sudah pada tahapan bagaimana membuat masyarakat yang sudah bisa baca tulis hitung, mampu melek teknologi dan informasi,” paparnya.

Meski demikian, Heri menyatakan bahwa pihaknya tetap mendukung program yang direncanakan oleh Pemkab. Hanya saja nantinya, ketika pembahasan APBD 2016, akan dilihat program apa saja yang ditawarkan oleh Disdikpora, program yang akan memberikan output yang besar atau malah hanya sekedar dipaksakan untuk ada.

“Jangan sampai kita membuat program, tapi tidak menarik minat sasaran, dan mereka justru ‘arasarasan’,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya