SOLOPOS.COM - Ilustrasi pasar sapi (JIBI/Solopos/Dok.)

Pemkab Kulonprogo berupaya mendongkrak populasi sapi potong.

Harianjogja.com, KULONPROGO– Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, berupaya mendongkrak populasi sapi potong dalam rangka swasembada daging.

Promosi Mudik: Traveling Massal sejak Era Majapahit, Ekonomi & Polusi Meningkat Tajam

Wakil Bupati Kulonprogo, Sutedjo mengatakan bahwa populasi sapi potong–berdasarkan data Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan (DKPP)–mencapai 49.370 ekor dengan produk daging seberat 526.498 kilogram.

“Kami terus mendorong populasi sapi potong supaya mampu mencukupi permintaan pasar di samping kesejahteraan peternak juga meningkat,” kata Sutedjo, Minggu (9/8/2015)

Ia mengatakan bahwa sebaran populasi sapi potong utamanya di daerah dataran rendah yang meliputi Kecamatan Sentolo, Pengasih, Lendah, Wates, dan Panjatan.

Berbagai upaya yang telah dilaksanakan Pemkab Kulon Progo dalam rangka pengembangan peternakan sapi potong, kata Sutedjo, antara lain penambahan sarana dan prasarana kesehatan hewan; kegiatan pengembangan kawasan sapi potong; kegiatan penjaringan sapi potong; kegiatan penjaringan sapi betina produktif; dan kegiatan pengembangan HTP di dalam kehutanan.

Selain itu, pemkab melalui DKPP melakukan kegiatan penguatan pakan sapi potong penggemukan, sarjana membangun desa, dan mengoptimalkan sumber-sumber permodalan yang ada melalui kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E) dan lembaga keuangan mikro agrobisnis (LKMA) peternakan.

“Pengembangan sapi potong mempunyai prospek yang baik karena relatif mudah dipelihara dan dapat menghasilkan daging dan bibit serta kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai organik,” katanya.

Untuk mengembangkan sapi potong di Kulon Progo, lanjut Sutedjo, jumlah dan mutu bibit merupakan faktor produksi yang relatif sangat strategis dan menentukan keberhasilannya sehingga upaya inseminasi buatan (IB) dengan “straw” yang berkualitas tinggi untuk mempertahankan indukan dan mempertahankan indukan dan memperoleh bibit yang mutlak harus dilaksanakan.

“Adanya kegiatan IB yang sudah diperkenalkan kepada masyarakat sampai saat ini kegiatan IB makin berkembang dan peternak di Kulon Progo semuanya melakukan perkawinan dengan cara IB,” katanya.

Menurut dia, pedet hasil IB merupakan anak sapi dengan kualitas yang bagus serta pertumbuhannya lebih cepat karena bibit pejantan dengan digunakan merupakan bibit-bibit pilihan. Dampaknya, harga jual pedet hasil IB lebih mahal dari pedet dari hasil kawin alam.

“Kegaitan IB mempunyai andil yang cukup besar dalam meningkatkan pendapatan peternak di Kulon Progo. Walau demikian, animo masyarakat terhadap kegiatan IB perlu diimbangi dengan pelayanan petugas yang memuaskan,” katanya.

Penjabat DKPP Kulon Progo Sudarna mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan pemantauan populasi peternak melalui petugas inseminator.

“Mereka akan memantau kondisi sapi mulai dari untuk hingga melahirkan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya