Jogja
Jumat, 20 November 2015 - 17:20 WIB

PEMUDA PELOPOR : Kisah Lia Andarina Merintis Gerakan Bule Mengajar

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pemuda Pelopor dari Kulonprogo ini merintis gerakan bule mengajar

Harianjogja.com, KULONPROGO– Lia Andarina Grasia giat berbagi ilmu sembari mengangkat nama Kulonprogo melalui komunitas Bule Mengajar. Semangat dan perjuangannya menjadi fasilitator dalam komunitas tersebut mengantarkan Lia meraih Juara I Pemuda Pelopor Berprestasi tingkat Nasional tahun 2015 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, khususnya di bidang pendidikan. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Rima Sekarani I.N.

Advertisement

Lia datang ke rumah dinas bupati Kulonprogo bersama ayahnya, Supriyono, Kamis (19/11/2015). Pagi itu dia ingin memperlihatkan piala bukti prestasinya sebagai pemuda pelopor berprestasi.

Rasa bangga masih tampak jelas terlukis di wajah Lia. Bagaimana tidak? Piala itu dia terima langsung dari Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Imam Nahrawi di Tanjungpinang, Kalimantan Timur, pada 27 Oktober lalu.

Advertisement

Rasa bangga masih tampak jelas terlukis di wajah Lia. Bagaimana tidak? Piala itu dia terima langsung dari Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Imam Nahrawi di Tanjungpinang, Kalimantan Timur, pada 27 Oktober lalu.

Kepada Sutedjo sang Wakil Bupati Kulonprogo, Lia mengatakan komunitas Bule Mengajar yang dia bidani pada 2014 lalu terinspirasi gerakan Indonesia Mengajar yang digagas Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI saat ini.

Dia mengajak orang asing yang sedang menempuh studi di Jogja untuk berwisata ke Kulonprogo untuk memperkenalkan potensi lokal.

Advertisement

Para siswa bisa mendapatkan pengetahuan dan wawasan baru. Sekolah tidak perlu mengeluarkan dana. Para orang asing atau bule juga tidak mengharapkan bayaran.

Namun, Bule Mengajar tidak berjalan mulus begitu saja. Dia dan komunitasnya serta sekolah mitra pernah berurusan dengan kantor imigrasi dan kepolisian. Lia dianggap mempekerjakan orang asing tanpa izin.

Polisi pun curiga para bule bakal memberikan pengaruh negatif bagi Kulonprogo. Untungnya, masalah itu mampu diselesaikan secara damai. “Saya sempat terancam pidana dan 61 bule terancam deportasi. Pihak sekolah juga kena masalah,” ujar warga Bendungan, Wates, Kulonprogo itu.

Advertisement

Gelar juara membuat semakin banyak permintaan menjadi narasumber seminar maupun motivator yang mendatangi Lia. Dia bahkan ditawari menjadi dosen tetap oleh sebuah perguruan tinggi di Bali. Namun, Lia menolaknya karena masih ingin berkarya di Kulonprogo dan hanya bersedia menjadi dosen tamu.

Lia berharap, Bule Mengajar tidak hanya berkembang di Kulonprogo, melainkan hingga wilayah lain di Indonesia. Dia pun ingin ada pemuda pelopor lain dari bumi Menoreh yang memiliki gagasan dan gerakan cemerlang.

“Setelah ini komunitas Bule mengajar akan ikut semacam kompetisi organisasi. Jika lolos, kami akan mewakili Indonesia di tingkat internasional,” tuturnya sambil meminta doa restu.

Advertisement

Sutedjo merasa kagum dan bangga dengan perjuangan dan komitmen Lia. Menurutnya, Lia telah ikut membangun Kulonprogo agar lebih maju. Dia berharap berbagai tantangan yang dihadapi tidak menyurutkan semangat Lia. “Lia bisa dianggap pejuang yang siap menghadapi resiko,” kata Sutedjo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif