SOLOPOS.COM - Petugas mendata warga eks Gafatar berada di dalam Gedung Yaumi usai tiba di Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (30/1/2016).(JIBI/Antara Foto/Oky Lukmansyah)

Pemulangan anggota gafatar, sebagian ditempatkan di Sleman.

Harianjogja.com, SLEMAN-Harel memilih tinggal didekapan ibunya, Kasiyem. Wajahnya terlihat lelah setelah menempuh perjalanan dari Boyolali ke lokasi penampungan baru di Sleman. Warga Bantul tersebut sakit, sehingga ditangani oleh petugas kesehatan di tempat penampungan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Usia Harel baru 1,2 tahun. Dia masih balita. Keikutsertaan di lokasi penampungan, tentu bukan pilihannya. Kasiyem dan suaminya, Surahman, ayah Harel yang membawanya ke Menpawah, Kalimantan Barat. Karena masih kanak-kanak, Harel terpaksa ikut kedua orangtunya ‘hijrah’. Sayangnya, hanya beberapa bulan di Menpawah merekapun terusir dan kembali ke Jogja.

Tak hanya Harel, beberapa anak-anak warga eks Gafatar yang tiba di Youth Center juga mengalami sakit. Cuaca yang tidak bersahabat dan perjalanan panjang menjadi penyebabnya. Ada yang terserang batuk, flu dan pilek. Sebagian warga saat masuk, memilih menggunakan masker. Mengetahui beberapa eks Gafatar sakit, petugas kesehatan langsung sigap. Mereka langsung melakukan pemeriksaan kesehatan, kemudian memberikan obat.

“Berikan amoxcilin dan parasetamol (obat penurun panas),” kata salah seorang petugas.

Sebelum minum obat, Harel terlihat makan lahap. Sedikit demi sedikit, Harel melahap nasi yang disuapkan oleh Kasiyem. Mereka bertiga, melingkar. Makan bersama di dalam Gedung Boza, lokasi penampungan. Sementara warga eks Gafatar lainnya, memilih untuk makan di luar gedung. Berbaur dengan warga lainnya. Selain nasi dengan lauk pauk dan telur bacem, masing-masing orang juga mendapat jatah buah-buahan.

Berbeda dengan Harel, anak-anak eks Gafatar lainnya tampak ceria. Merka langsung berbaur dengan teman-temannya. Jumlahnya cukup banyak dengan beragam usia. Mulai dari balita hingga anak dewasa. Tidak terlihat kepanikan atau ketakutan, saat awak media mencoba mengambil gambar mereka. Beberapa yang masih balita, bermain kerjar-kejaran, seakan tidak menggubris sekelilingnya.

“Hampir semua warga membawa anak-anaknya. Hanya sebagian saja yang tidak,” kata Kepala Dinas Sosial DIY, Untung Sukaryadi di lokasi penampungan.

Selama di penampungan, warga eks Gafatar dibekali dengan kartu identitas khusus. Sebuah kalung berwarna merah. Sebagian juga tampak membawa sepatu booth, peralatan pertanian, dan barang-barang yang masih bisa diselamatkan. Semuanya dikumpulkan di sekitar gedung.

Selama di penampungan, tempat tidur mereka dipisah. Laki-laki di sebelah kanan sementara perempuan di sebelah kiri. Selain di lantai bawah, sebagian lagi memilih menempati tempat tidur di lantai dua. Para eks Gafatar tersebut tampak santai dan melakukan aktivitas seperti biasanya.

“Untuk urusan logistik, kami sudah antisipasi. Semua menu yang dimakan, empat sehat lima sempurna. Anak-anak juga diberi susu khusus. Barang-barang kebutuhan wanita, juga kami sediakan. Termasuk rokok bagi yang laki-laki,” seloroh Untung.

Tidak hanya itu, bagi yang ingin melepas kerindungan dengan pasangannya, disediakan tempat khusus. Sebuah bilik asmara yang lokasinya berada di sisi Utara Wisma Boza. “Kami masih ada kamar-kamar dengan fasilitas VIP, ada AC-nya. Itu kalau mereka dengan membutuhkan. Kalau itu dibutuhkan,” kata Kepala Balai Pemuda dan Olahraga (BPO) DIY, Edy Wahyudi.

Tak banyak cerita yang bisa didapat dari eks Gafatar setibanya mereka di lokasi penampungan. Sebab, selain mendapat penjagaan waktu yang diberikan kepada awak media sangat terbatas. “Lokasi ini steril bagi yang tidak berkepentingan. Silahkan keluar,” kata salah seorang petugas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya